Setahu Gue, dalam literatur ke-Islaman, yang membahas tentang hubungan sesama orang beriman, yang Gue temukan adalah tingkat hubungan paling bawah atau paling rendah dalam pergaulan sesama orang beriman itu bukan “teman”, tetapi “sahabat”. Ini fakta, karna Rasulullah SAW memanggil sebutan para pendukungnya ketika itu dengan sebutan “sahabat”, bukan “teman”, terus yang jadi bahan pikir Gue selanjutnya tentang perbedaan “teman” dan “sahabat”. Kalau Gue lihat di kamus Besar Bahasa Indonesia gak ada perbedaan antara “teman” dan “sahabat”, tapi kalau Gue denger Pengajian Golden Week dari Ustadz Motivasi kayak Ust . Mario Teguh, maka terjadi perbedaan yang jauh antara “teman” dan “sahabat”, dimana teman hanya sebatas kenal nama atau rupa atau tempat tinggal, sedangkan “sahabat” tidak terbatas pada rasa kenal, tetapi juga memahami – mencintai sepenuh hati akan karakter dan jiwa orang yang dijadikannya sahabat, sehingga timbullah keinginan berkorban, karna Sahabat adalah “Jiwa yang sama dalam tubuh yang berbeda” (Mario Teguh). Lebih jauh lagi, Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a menegaskan :"Tidaklah kamu bersahabat, sebelum seseorang dari kamu memasukkan tangannya kedalam lengan baju temannya atau kedalam saku baju temannya atau kedalam saku bajunya lalu mengambil dari padanya apa yang dikehendakinya, dengan tidak seijinnya.” Sampai sini aja Gue sempet mikir, antara “sahabat” dengan “saudara” bedanya Cuma tipis, Cuma hubungan biologisnya aja yang nentuin. Walaupun begitu, ketika kita sudah mengaku pemeluk sebagai Muslim, ketika itu juga kita tidak terbatasi oleh yang namanya hubungan biologis, suku atau bangsa sekalipun, terpenting adalah hubungan Iman dan Takwa, Allah SWT berfirman : Artinya, : “Hanya orang – orang beriman lah (mukmin) yang saling bersaudara,,, (Q.S al-Hujurat:10)
Minggu, 10 Februari 2013
Tidak Ada Teman Sesama Muslim
SESAMA
MUSLIM, TIDAK ADAK KATA TEMAN”
Setahu Gue, dalam literatur ke-Islaman, yang membahas tentang hubungan sesama orang beriman, yang Gue temukan adalah tingkat hubungan paling bawah atau paling rendah dalam pergaulan sesama orang beriman itu bukan “teman”, tetapi “sahabat”. Ini fakta, karna Rasulullah SAW memanggil sebutan para pendukungnya ketika itu dengan sebutan “sahabat”, bukan “teman”, terus yang jadi bahan pikir Gue selanjutnya tentang perbedaan “teman” dan “sahabat”. Kalau Gue lihat di kamus Besar Bahasa Indonesia gak ada perbedaan antara “teman” dan “sahabat”, tapi kalau Gue denger Pengajian Golden Week dari Ustadz Motivasi kayak Ust . Mario Teguh, maka terjadi perbedaan yang jauh antara “teman” dan “sahabat”, dimana teman hanya sebatas kenal nama atau rupa atau tempat tinggal, sedangkan “sahabat” tidak terbatas pada rasa kenal, tetapi juga memahami – mencintai sepenuh hati akan karakter dan jiwa orang yang dijadikannya sahabat, sehingga timbullah keinginan berkorban, karna Sahabat adalah “Jiwa yang sama dalam tubuh yang berbeda” (Mario Teguh). Lebih jauh lagi, Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a menegaskan :"Tidaklah kamu bersahabat, sebelum seseorang dari kamu memasukkan tangannya kedalam lengan baju temannya atau kedalam saku baju temannya atau kedalam saku bajunya lalu mengambil dari padanya apa yang dikehendakinya, dengan tidak seijinnya.” Sampai sini aja Gue sempet mikir, antara “sahabat” dengan “saudara” bedanya Cuma tipis, Cuma hubungan biologisnya aja yang nentuin. Walaupun begitu, ketika kita sudah mengaku pemeluk sebagai Muslim, ketika itu juga kita tidak terbatasi oleh yang namanya hubungan biologis, suku atau bangsa sekalipun, terpenting adalah hubungan Iman dan Takwa, Allah SWT berfirman : Artinya, : “Hanya orang – orang beriman lah (mukmin) yang saling bersaudara,,, (Q.S al-Hujurat:10)
Selain itu, Nabi
Muhammad SAW juga pernah bersabda: “Perumpamaan
kehidupan orang – orang yang beriman (mukmin), satu terhadap lainnya, di dalam
hal kasih dan sayang, seperti satu tubuh, yang bila satu saja merasa meriang
dan merinding, niscaya seluruh tubuhnya sama merasa.” (H.R Muslim). Huft,,
sampai disini aja Gue udah mulai bingung, bingung sama mayoritas kenyataan, mayoritas
kenyataan yang tidak membuktikan nilai – nilai tersebut teraplikasi secara baik
dan benar, dan sangat sulit menemukan orang yang mau mengamalkan nilai – nilai
tersebut dikarenakan lingkungan hidup individu itu sendiri kian egois, bahkan
terhadap sanak saudara sendiri.
Islam sebagai satu
–satunya tatanan hidup ini begitu sempurna dalam menjawab seluruh kebutuhan
hidup, karna yang menciptakannya pun Sang Maha Sempurna, dan yang diamanahi
untuk memikul beban ke-Islaman itu sendiri adalah makhluk paling sempurna,
manusia. Sayangnya mayoritas manusia tidak sadar secara maksimal, bahwa Hasanah
atau Jahannamnya kehidupan ini merupakan efek dari tingkat ke-Konsistensian manusia dalam
melaksanakan ajaran-NYA, oleh karnanya, ketika kita ingin menciptakan kehidupan
Hasanah didunia ini, maka kita hanya cukup berpikir dan bersikap Perfeksionis,
maksimal dalam membina ikatan antar sesama muslim. Ini memang tidak mudah
sebagaimana kita membalikkan telapak tangan, namun setidaknya kita juga perlu
mencoba meski setahap demi setahap, meski kebaikan atau rasa persaudaraan yang
kita berikan masih sekecil kerikil atau setengah dari kerikil itu sendiri,
meski kebaikan atau rasa persaudaraan yang kita berikan masih sesuatu yang
gratis dan murah, entah itu salam – senyum – sapa, kita meski mencobanya, mulai
dari hal yang kecil – mulai dari diri sendiri – dan mulai dari sekarang (Aa
Gym)
Terimakasih Sesama
Muslim, Tidak Ada Kata Teman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar