Social Icons

a

Kamis, 31 Januari 2013

FeedBack Thinking


FEEDBACK THINKING !!

Udah jadi realitas kalau kebanyakan manusia zaman sekarang hidup berdasarkan nafsu, berdasarkan kebutuhan perut dan sedikit dibawah perutnya. Bukannya hidup ini harus berdasarkan ilmu-NYA. Makannya kehidupan sekarang bisa diibaratkan sebagai kehidupan Jahannam, semua indivdualistis, baik secara personal maupun komunal, terbukti juga kan pecah – belahnya organisasi sekarang udah TERLALU BANYAK dan gak ketulung lagi. Sebabnya ? mungkin dilain luang kita bahasnya. Sabar yOwW J

Ehm – ehm,, sedikit nanya nih ke Loe, menurut Loe, pantes gak hidup ini dilakukan secara main – main alias gak serius ? terus bagaimana cara kita berterimakasih pada-NYA melalui hidup ini ? toh walaupun DIA sendiri tidak membutuhkan terimakasih manusia. dan kalau menurut Loe juga, pantas gak kalau gerak hidup kita gak harus sesuai dengan kitab suci yang udah DIA turunkan – ajarkan pada manusia ?.  sebelum Loe menjawabnya, ada beberapa hal yang mesti kita simak bersama:

1.      Manusia, sudah menjadi fakta dan menjadi sebuah anugerah terbesar bagi kita bahwa kita ini merupakan makhluk hidup paling sempurna dan paling terumit dari makhluk lainya. Bayangkan, seluruh elemen bumi ada dalam tubuh kita, air (darah, keringat, air mata,, dsb), besi (tulang), aliran listrik (terjadi ketika proses berpikir atau mengingat dalam otak), uap (CO2 yang kita hasilkan setelah bernafas), api (ketika terjadi proses pembakaran dalam tubuh), dan masih banyak lainnya.
2.      Setelah kita tahu bahwa kita adalah makhluk yang paling rumit dan sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, maka otomatis sarana penghidupannya pun harus yang paling rumit dan paling sempurna, yakni bumi.
3.      Dan setelah kita tahu bahwa sarana penghidupan kita sebagai makhluk best of the best juga merupakan planet yang best of the best diantara planet lainnya, DIA memberikan titah pada seluruh isi Bumi ini untuk tunduk atau menundukkan kehidupannya guna memenuhi kebutuhan hidup manusia, bahkan matahari atau yang  ada dalam luar angkasa pun turut menjadi penunjang sarana hidup kita.
4.      Anugrah kita ini sebenarnya unik, tidak dimiliki oleh makhluk lainnya dan memang tidak mampu ditanggung atau diemban oleh gunung sekalipun, anugerah berupa apa ? tentunya anugerah berupa PILIHAN HIDUP,  untuk memilih hitam atau putih, benar atau salah, lurus atau bengkok, tidak ada sesuatu yang ditengah diantara keduanya, kecuali paling hitam, paling salah dan paling bengkok.
5.      Setelah tiga point diatas, ada satu pertanyaan sederhana, apakah dengan itu semua kita mengklaim bahwa DIA menciptakan kita beserta sarana hidup kita secara main – main atau tidak berdasarkan nalar-NYA ?

Kembali Gue ulang, kalau menurut Loe, pantes gak hidup ini dilakukan secara main – main alias gak serius ? terus bagaimana cara kita berterimakasih pada-NYA melalui hidup ini ? toh walaupun DIA sendiri tidak membutuhkan terimakasih manusia. dan kalau menurut Loe juga, pantas gak kalau gerak hidup kita gak harus sesuai dengan kitab suci yang DIA turunkan – ajarkan pada manusia ?. Gue yakin, Loe bisa lebih mudah atau lebih cepet buat ngejawabnya. J

Sejujurnya, banyak diantara kita yang udah susah sadar dan mau menggerakkan hidupnya berdasarkan ilmu-NYA, padahal sebelumnya sempat sadar dan mau bergerak walau sebentar. Mungkin banyak diantara kita belum memiliki jawaban instan kenapa gerak hidup kita harus berdasarkan mau-NYA, kalau Gue sih sederhana, DIA MAHA TAHU sedangkan manusia MAHA TIDAK TAHU, DIA MAHA PANDAI dan MAHA BIJAKSANA  sedangkan manusia MAHA BODOH dan CEROBOH, selesai sudah, banyak juga kok diantara kita tidak berpikir secara cerdas dan bijak tentang apa yang ada dibalik kitab suci yang mestinya manusia mau dan tunduk patuh terhadap –NYA melalui kitab suci tersebut, tidak sadar bahwa DIA lah YANG MAHA TAHU dan MAHA BIJAKSANA yang ada dibalik kitab suci tersebut. Wake up !!

Terimakasih                                                                                                                                 FeedBack Thinking !!
Baca SelengkapnyaFeedBack Thinking

Fajar Indonesia


FAJAR INDONESIA

Indonesia masih terdesak
Indonesia masih tersesak
Indonesia masih berserak
Indonesia masih retak
Indonesia masih merangkak
Indonesia masih seperti becak
Indonesia masih berkerak
Indonesia masih seperti bengkarak
Indonesia masih berair minyak
Indonesia masih belum beranjak
Indonesia masih berpijak
Indonesia masih seperti merak
Indonesia masih seperti cengkerawak
Indonesia masih semarak
Indonesia masih bisa berteriak
Indonesia masih sekuat perak
Indonesia masih berawak
Indonesia masih menanak
Indonesia masih semanak
Indonesia masih memuncak
Indonesia masih berdecak
Indonesia masih seperti tonggak
Indonesia masih menarikan kecak
Indonesia,, masih kencang berdetak


Termakasih                                                                                                                                           Fajar Indonesia
Baca SelengkapnyaFajar Indonesia

Edisi Pemuda


EDISI PEMUDA

Ada spesies langka tambahan yang juga gak kalah pentingnya dibandingkan binatang atau tumbuhan tempo doloe  untuk kita jaga dan lestarikan bersama, biar gak punah – punah amat keberadaannya, susah nyari yang asli, malah kebanyakan yang sekarang beredar Cuma yang palsu atau jadi – jadian. Spesies Langka ini Gue namain “Pemuda”, ya, itu dia yang akan Gue catet kali ini. Soal Pemuda, Gue sendiri yakin gak banyak – banyak amat orang yang tahu tentang ciri khusus atau kriteria yang dimilikinyanya, apalagi mengidentifikasinya. Yang jelas, Spesies ini memiliki ciri yang gak se-sederhana yang kita pikir. Pemuda, yang pemuda itu ilmunya, idenya, imajinasinya, kegandurungannya, pikirannya, jiwanya, semangatnya, kontribusinya, pengorbanannya terhadap sesama, keberaniannya, kesabarannya, dan keikhlasannya dalam memperjuangkan hidup, Spesies ini gak identik dengan umur atau tingkatan dalam sosial, sama sekali gak. Ada yang usia biologisnya dah Tua tapi ke-Pemudaannya sangat menonjol, makannya kalau berteori dan beraksi kayak orang berumur 30 tahun aja, ada yang usia biologisnya masih kepala satu juga ke-Pemudaannya dah tampak, dan terakhir, ada juga yang Usia biologsnya Muda tapi ke-Pemudaannya dah kayak orang jompo, kudu ditompo. Sampai sini, Gue sendiri gak terlalu memperhatikan apa tulisan ini menarik bagi Loe yang ngebaca atau tidak ? yang jelas, Gue nulis ini bukan apa adanya saja, tapi ya kurang lebih gitu.

Jujur, setiap kali Gue berkunjung ke suatu daerah, entah kota atau desa, yang paling pertama Gue tanya adalah tentang Spesies Pemudanya, bukan Ketuanya apalagi Orangtuanya, kurang lebih gini pertanyaannya, gimana habitat spesies yang satu ini, Pemudanya ?, masih ada nggak ? kalau masih ada, lagi terancam punah nggak ? oh iya, re-generasinya gak stagnan kan ?. dan kebanyakan mereka yang Gue tanya memiliki jawaban yang seragam (secara umum), intinya cukup mengenaskan, bahkan kalau udah cerita tentang spesies ini, sang pencerita agak mendramatisasinya. Gue anggap, sebelum Bangsa ini dianggap kekurangan Pemimpin dan Pahlawannya, Bangsa ini terlebih dahulu kekurangan Pemudanya, kenapa ? Karena dari pemudalah seseorang bisa menjadi Pahlawan (walau tidak tercatat dalam sejarah manusia) atau selebihnya menjadi Pemimpin. Kalau setiap penyakit ada obatnya, tentunya setiap permasalahan ada solusinya, dan solusi paling tepat bagi Bangsa ini adalah Pemuda. Cuma itu. Bangsa ini bisa berdiri tegak nan gagah walau belum memiliki Pemimpin sekalipun, akan tetapi, Bangsa ini takkan bisa berdiri tegak nan gagah setinggi mercusuar tanpa adanya Pemuda,. Ketika pondasi dasar bergeser, maka segala sesuatu yang diatasnya akan terguncang keras bahkan runtuh, itulah Pemuda bagi Bangsanya.

Sebuah Bangsa tanpa Pemuda akan tentunya lumpuh, sebuah Bangsa tanpa Pemuda tentunya juga akan Buta, sebuah Bangsa tanpa Pemuda tentunya juga hanya akan menjadikannya Bangsa yang pincang. Jika Bangsa diibaratkan sebuah tiang, maka Pemudalah yang akan menjaganya. Jika Bangsa diibaratkan api, maka Pemudanyalah yang akan menjadi panas dan cahayanya. Jika Bangsa diibaratkan sebuah bunga, maka Pemudanyalah yang akan menjadi wanginya. Jika Bangsa diibaratkan sebuah Bulan Purnama, maka Pemudanyalah yang  akan menjadi cahayanya. Jika bangsa diibaratkan sebuah Laut, maka Pemudanyalah yang akan menjadi ombaknya. Jika Bangsa diibaratkan sebuah matahari, maka pemudanyalah yang akan menjadi cahayanya. Pemuda, dimana dan mau kemana kau saat ini ? sekian lama, bukan hanya Ibu Pertiwi yang merindukan dan menanyakan kabarmu, tetapi juga para Bapak Negeri yang kini telah terbaring tanpa daya didalam makam perjuangan mereka. Pemuda, mereka menanyakan keberadaanmu, maka setidaknya, jawablah panggilan mereka semampu kalian!!.

Tertulislah dalam satu Bulu Garuda yang terlepas :                                                                                           Lebih baik kehilangan Pemimpin Bangsa  daripada kehilangan Pemudanya.”

Terimakasih                                                                                                                                    Pemuda
Baca SelengkapnyaEdisi Pemuda

Agama itu,, ??


DUH, AGAMA LAGI – AGAMA LAGI

AGAMA, kata ini kan diambil dari bahasa Sansekerta, “A” berarti Tidak dan “GAMA” berarti Kacau, kalau digabung; AGAMA = Tidak Kacau. Sederhana kan ? gak sulit – sulit amat kok memahami dan ngapalinnya. Em,, Kalau Loe ngaku sebagai orang yang Ber-Agama, berarti Loe harus ngebuktiin pada-NYA kalau Loe adalah orang yang gak kacau. Dan kalau Bangsa ini udah ngaku sebagai Bangsa yang ber-agama (lihat: Sila Pertama Pancasila) otomatis harus ngebuktiin juga pada-NYA dong kalau Bangsa ini merupakan Bangsa yang Gak Kacau !! J. Trus kalau diri dan Negeri ini terbukti sudah demikian kacaunya gara – gara gak milih jalan hidup berdasarkan ajaran-NYA, maka,, ya mau gimana lagi, dihadapan-NYA udah pasti kita dicap sebagai Manusia dan Bangsa yang Munafik L, ingat, ini fakta. Trus kalau dah gini gimana ? terus terang, Gue sendiri gak terlalu fokusin tenaga, pikiran dan waktu wat nyari siapa yang bersalah atau yang paling bersalah untk disalahkan, mending Gue fokusin tenaga, pikiran, dan waktu wat nyari siapa yang mau atau bisa membuat Bangsa ini menjadi Bangsa yang Gak Kacau lagi, yang jelas antara Loe, Gue, dia – dia pada, dia yang seorang, Kalian, atau Kita? I Don’t Know. Oh iya, kita belum tahu definisi Agama itu apa. Dari apa yang tadi dipaparin, Gue yakin bahwa Agama = Gambaran Kehidupan yang terkandung dalam suatu sistem kehidupan untuk mengatur kehidupan manusia itu sendiri, baik secara ruhanis – biologis maupun sosial – budaya. Kepanjangan ya ? ya maap, Gunanya Agama ? ya untuk memberi hidup bagi kehidupan sesama atau alam lingkungannya. Kalau mau nyanggah ya gakpapa. It’s Ok !! J. Gue terbuka kok, tapi argumennya yang keren – objektif – ilmiah yah ?

Loe semua udah pada ngerti kalau dalam ber-Agama gak ada paksaan (Q.S al-Baqarah [2]: 256). Tetapi,, setelah Loe memilih salah satu Agama (Islam), maka akan menjadi kewajiban buat Loe untuk tunduk – patuh pada ajaran yang terkandung didalamnya. Soalnya,, Memilih itu bertanggung jawab atas apa yang udah dipilih (Pandji: Berani Mengubah). Sementara itu, kalau Loe gak mau memilih (atheis) berarti Loe gak mau bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada keesokannya (ingat Bangsa ini Sila Pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa). Ibarat sebuah “Univesitas”, Loe bebas memilihnya, tapi setelah Loe memilih dan menjadi mahasiswa bagi salah satu “Universitas” yang udah Loe pilih, tentunya bahan ajar, aturan, dan konsepsi belajarnya adalah sesuatu yang sesuai dengan apa yang udah“Universitas” Loe sediakan, bukan dari Universitas lainnya. Dan apa jadinya kalo Loe make atau ikut bahan ajar, aturan, dan konsepsi belajar yang bukan dari “Universitas” Loe ?, otomatis Loe di “Drop Out” lah sama “Sang Rektor”. Pertanyaannya, udah sebaik dan sepatuh apa sih diri KITA ketika sekarang ini masih jadi Mahasiswa di Universitas-NYA ?

Ehm – ehm, kalau sedikit kita geser pembahasannya, maka didalam Agama Cuma ada dua aspek, Hitam dan Putih, Benar dan Salah, Halal dan Haram, Mukmin dan Kafir. Dari sini, tentu gak ada yang berada diantara keduanya kecuali sesuatu yang justru lebih gelap dari hitam, lebih salah dari yang salah, dan lebih haram dari  yang haram. Sampai disini Loe Sepakat kan ?. kita lanjut, Agama, karna perwujudan bahasanya lah ia hanya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni Agama yang Benar (Haq) dan Agama yang Salah (Bathil), tidak ada yang namanya Agama yang Paling Benar, yang ada hanyalah Agama yang Benar dan Yang Salah, kenapa ? Kalau ada Agama yang diklaim sebagai Agama yang Paling Benar, maka tentunya terdapat kemungkinan besar ada Agama Lain yang sedikit memiliki posisi dibawahnya yang disebut sebagai AgamaYang Benar. Dalam Nalar seorang Manusia pun ini sangat berisiko, dikarenakan terjadi juga kemungkinan besar adanya Dua Tuhan atau lebih dalam mencipta dan menguasa seuruh kehidupan. Kira – kira mungkin gak keduanya rela berbagi “saham” ? (Q.S al-Anbiyaa [21]: 22) tentu tidak. Kayak orang yang berlomba, ada yang Juara satu, dua dan tiga, tentunya analogi ini gak Ilmiah jika kita sandarkan pada Agama atau Tuhan yang Mencipta dan Menguasa seluruh Aspek Kehidupan. J

Terimakasih                                                                                                                                          Duh, Agama lagi – agama lagi

Baca SelengkapnyaAgama itu,, ??

BY THE WAY: BUDAYA


BY THE WAY: BUDAYA

Udah terlalu Banyak orang yang bilang kalau Budaya adalah Cipta, Karya, dan Karsa manusia atau bangsa. Gue gak menyalahkan definisi tersebut dan juga gak membenarkan definisi tersebut, Cuma Gue sempat ngebayangin,, kalau Budaya didefinisikan sebagaimana tadi, maka seolah – olah manusia mampu menciptakan ilmu dengan sendirinya tanpa campur tangan-NYA, lha wong Budaya didefinisikan sebagai proses – hasil Independent seorang manusia, maka secara tidak langsung manusia itu sendiri tidak perlu sedikitpun memakai atau memanfaatkan ilmu-NYA yang sudah tersebar dan menjadi berbagai rupa dalam memenuhi keperluan hidup manusia itu sendiri (berupa tanaman, hewan, tanah, dlsb). Kita semua paham lah kalau DIA itu MAHA Mengilmu, artinya tidak ada sesuatu bahkan hal terkecilpun yang tidak luput dari Ilmu-NYA. Artinya, jika manusia mau memiliki kehidupan Hasanah tentunya gerak hidup manusianya pun tidak boleh terlepas dari ilmu-NYA.

Didunia ini, Budaya yang beredar adalah Budaya yang bisa kita bagi menjadi dua, yakni Budaya yang Haq (benar) dan Budaya yang Bathil (salah). Bayangin, Kalau seandainya Budaya didefinisikan sebagaimana yang tadi, maka Rusak dan Jelek – Buruknya suatu Budaya yang sudah ada sejak lama dan masih bertahan hingga sekarang, walaupun tidak sejalan dengan mau-NYA  maka Budaya tersebut tetap dianggap “halal” untuk dipertahankan atau dilestarikan, tidak diperbaiki, itu artinya Budaya jauh lebih penting untuk diperhatikan, dibela, dikembangkan dan dilestarikan dibandingkan dengan ajaran-NYA. Kayaknya, udah merasa sakti nih manusia ? J

Kita semua dah paham kalau harta merupakan titipan-NYA, prestasi, jabatan atau gelar, kendaraan yang kita pakai, tanah yang kita pijak, air yang kita minum, udara yang kita hirup, kekayaan alam, kelebihan jasmani kita juga merupakan titipan-NYA, bahkan pengalaman dan  ilmu yang sudah kita peroleh pun merupakan titipan-NYA, artinya disini manusia tidak berhak merasa memiliki apapun termasuk hal paling kecil, lha wong manusia sendiri gak bisa cipta apa – apa. Begitu juga dengan budaya, budaya pun merupakan titipan-NYA, budaya bukan milik seseorang atau seuatu bangsa tertentu, budaya itu milik-NYA dan untuk manusia didunia.

Sebaik – baik Budaya adalah budaya menurut-NYA (pahami Pancasila Sila Pertama). Sebenarnya, definisi yang tepat untuk sebuah Budaya adalah Perwujudan dari ilmu-NYA sebagai tatanan hidup. Gue yakin, kalau definisi ini dipahami secara Objektif – ilmiah, tanpa subjektivisme, tentunya gak ada yang namanya perang urat untuk memperebutkan hak paten suatu budaya antar negara.

Seingat Gue, selama Budaya tidak berada dalam pangkuan ilmu-NYA, pasti Budaya itu akan hilang sendiri secara perlahan bahkan punah. Kalau mau bukti liat aja deh di berita – berita yang ngeliput budaya yang udah punah atau sedang terancam punah, lebihnya lagi, Budaya sekarang bisa jadi barang rebutan untuk sebuah kepentingan suatu Negara. Itulah efek sampingnya jika Budaya didefinisikan sebagai Cipta, Karya dan Karsa manusia atau warisan suatu Bangsa tertentu, seolah kelebihan dan keunikan hanyalah milik Bangsa tertentu, tidak milik dunia dan generasi berikutnya, padahal segala kelebihan dan keunikan Bangsa ini merupakan titipan-NYA yang memang harus di jaga secara BIJAK sebijak – bijaknya.

Ini memang masalah definisi atau barangkali menurut Loe sendiri gak terlalu penting untuk ngebahas sesuatu yang itu Cuma definisi, yang penting aplikasi nya, itu gak masalah bagi Gue kalau itu yang Loe mau, dan Socrates pernah bilang “Awal sebuah kearifan adalah pendefnisian” dan sebaik – baik definisi adalah definisi menurut-NYA, karna yang mencipta atau yang membuat suatu Istilah (bahasa) hanyalah DIA saja, bukan manusia. Sampai disini jelas kan ? J

Terimakasih                                                                                                                                              By The Way: Budaya
Baca SelengkapnyaBY THE WAY: BUDAYA

APA PERLU PUSTAKAWAN JADI PRESIDEN ?


APA PERLU PUSTAKAWAN JADI PRESIDEN ?

Sempet mikir, apa perlu Presiden Indonesia besok memiliki latar belakang Ilmu Perpustakaan dan Informasi ? bisa tidak dan bisa juga IYA !!. Kalau tidak ya wajar, karna Kualitas Mayoritas Pustakwan Indonesia kita saat ini belum terbukti secara kuat dalam mengukur kapasitas perannya sebagai aktor terpenting dan terdepan dalam menjawab berbagai persoalan Bangsa ini.dan kalau IYA juga wajar, karna kita semua tahu, dari Presiden Pertama sampai sekarang pasti gak jauh dari hal – hal yang bersifat politik, ekonomi, teknologi, militer, dan sekarang lihat hasilnya ? + tidak sedikit yang mengatakan bahwa Pemimpin kita yang sekarang atau yang sebelum – sebelumnya tergolong Pemimpin yang GAGAL, walau dari sepetak bidang bisa dibilang berhasil. Memang ada beberapa yang mengatakan bahwa Indonesia sekarang Membaik dari sebelumnya dan sebagian lagi mengatakan hal yang sebaliknya, yang jelas itu subjektif, tergantung background orang yang berpendapat, kalau yang mendukung presiden ya tentunya Yes sama Kepemimpinannya, begitu juga sebaliknya + media sekarang miliknya beberapa Partai politik, dari situ juga udah cukup jelas afiliasi pemberitaannya sampai – sampai Masyarakat awam jadi korban opini. Semua udah sepakat bahwa Gagah Perkasanya sebuah bangsa bukan berawal dari Hukumnya, Militernya, Ekonominya, atau Politiknya, tetapi Pendidikannya, dan Ruh untuk sebuah pendidikan tidak lain adalah Ilmunya/Informasinya.

Kita sadar bahwa sekarang kita hidup di Era Informasi, dimana yang sebenarnya lebih berbahaya bukanlah politik, uang, hukum, nuklir atau senjata api, tetapi Informasi. Sangking urgennya informasi, didalam Kartun Naruto pun terdapat selintas pesan tentangnya, "Pada saatnya, informasi akan lebih berbahaya dibandingkan dengan senjata dan jutsu." (Orochimaru: Naruto Chapter 584). Saya percaya Para Pemimpin kita sekarang banyak yang sadar akan hal ini dan saya yakin masih terlalu banyak diantara mereka yang belum mau bergerak secara maksimal untuk memberi respons positif dan terbaiknya. Perlu kita yasinkan Bangsa ini ? jangan dulu, itu haram hukumnya. Dari yang sudah terbukti, Presiden yang Memimpin tidak terlepas dari rasa melankolisnya terhadap BackGround yang ia tekuni sebelumnya, sehingga corak kepemimpinannya pun sebagian besar menggarap apa yang ia dulu tekuni. maka setidaknya, kita berani berpikir terlebih dahulu bahwa Pemimpin yang kita butuhkan saat ini adalah Pemimpin yang tidak memiliki sikap melankolis yang sama seperti tadi, SDM dan Potensi Alam bangsa ini amatlah Besar, untuk itu seorang Pemimpin yang cocok adalah  Pemimpin yang mewajibkan dirinya untuk berada di pertengahan semua disiplin ilmu. Bukankah ini pertanda Bahwa Pustakawan memiliki peluang besar untuk mencoba mengambil peran tersebut ? ya, Pustakawan, apa yang Pustakawan Genggam ? bukankah Informasi, dan bukankah sekaranglah masa bagi seorang Pustakawan ? dan apa Tugas ke-Profesiannya ? Bukankan menjadi Pintu Gerbang utama dan  pertama bagi Dunia Informasi ? kenapa Pustakawan ? bukankah ia masih kecil dan kerdil ?, memang kecil dan kerdil, tapi lihatlah, mereka yang memang terbukti mengubah dunia adalah mereka yang awalnya dianggap kecil dan kerdil. Pustakawan tidak memiliki sejarah yang kuat ! yah, itu benar, tapi lihatlah, sejarah yang kita pelajari sekarang hanya ditulis oleh mereka yang sudah menang, kita tidak tahu mana yang objektif dan yang subjektif. Disiplin Ilmu Perpustakaan belum terbukti kuat “berpahala besar” atau menjadi penyelamat Bangsa ini dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya ! yah, itu benar, tetapi bukankah kekacauan bangsa ini juga merupakan akibat dari Ulah Disiplin Ilmu itu juga, artinya disamping “mereka” sudah banyak mengerjakan “pahala besar” bagi Bangsa ini, disamping itu pula “mereka” telah melakukan “dosa besar”. Saya tidak menyalahkan, hanya membuka kenyataan guna pembelaan.

Bagi saya, ini sebuah cambuk, selain itu pula ini terlihat GLA ! atau cari sensasi saja, memang terasa tidak mungkin bagi seseorang yang memiliki BackGruond Pendidikan dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi, namun ingatlah, sesuatu yang tidak mungkin itu sebenarnya hanya karena belum dicoba !!. Dan mereka yang terbukti menjadi Pahlawa adalah mereka yang mampu mengatasi ketidakmungkinan tersebut. itu saja.

Terimakasih                                                                                                                               Information Lovers

Baca SelengkapnyaAPA PERLU PUSTAKAWAN JADI PRESIDEN ?

AKU RINDU PUSTAKAWAN YANG MENCONTOH RASULULLAH SAW


AKU RINDU PUSTAKAWAN YANG MENCONTOH RASULULLAH SAW

Melihat  kondisi iklim informasi, distribusi dan pelayanannya yang kurang maksimal membuatku merindukan Pustakawan yang berjiwa Negarawan. Figur yang tampil membina hubungan masyarakat seperti dicontohkan Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin.

Pustakawan  yang kuharapkan adalah Pustakawan aspiratif yang peka terhadap kindisi akan kebutuhan masyarakat, masyarakat informasi.

Adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri demokrasi Informasi yang berjalan saat ini belum berhasil mewujudkan cita-cita reformasi Informasi. Peluang terbuka lebar kepada semua orang atau lembaga sebuah organisasi untuk menduduki jabatan informan yang kemudian menciptakan iklim informasi yang mengacaukan atau dapat dikatakan kurang mendewasakan karakter masyarakat

"Banyak orang atau organisasi yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan informasi, termasuk mengunakan politik informasi,"

Saya butuh seorang Pustakawan dengan kriteria pribadi yang juga kreatif , yakni pribadi yang teguh pendirian dan aspiratif, vokal dalam menyuarakan aspirasi umat terhadap informasi yang membangun karakter, gigih dalam memperjuangkan kepentingan bersama di pentas nasional maupun internasional serta cerdas dalam berkomunikasi dan bernegosiasi dengan pihak lain,"

Sebenarnya, Islam memberikan kriteria yang spesifik mengenai Pustakawan. Jawabannya, karena Islam menyadari betul arti penting sebuah Manajer Informasi sebagai sesuatu hal vital dan fundamental karena Manajer Informasi menempati hirarki tertinggi dalam struktur bangunan sosial. (lihat; Nabi Informasi; Nurdin Laugu: Key Word; Perpustakaan dimata Masyarakat)

Terimakasih                                                                                                                                           Aku Rindu Pustakawan Yang Mencontoh Rasulullah SAW

Baca SelengkapnyaAKU RINDU PUSTAKAWAN YANG MENCONTOH RASULULLAH SAW