Social Icons

a

Kamis, 03 Oktober 2013

MEMBELAI HARAPAN


MEMBELAI HARAPAN



Bismillah ...



Aduhai Rabbi,

Hatiku telah berjanji pada-MU,

Untuk menyayangi hati yang juga menyayanginya,



Aduhai Rabbi,

Pikirku telah berjanji pada-MU,

Untuk memikirkan pikiran yang juga memikirkannya,



Aduhai Rabbi,

Jiwaku telah berjanji pada-MU,

Untuk menjiwai jiwa yang juga menjiwainya,



Aduhai Rabbi,

Izinkan daku memiliki dekapan yang lebih hangat daripada orang yang mendekapku

Izinkan daku memiliki kerinduan yang lebih syahdu daripada orang yang merinduku

Izinkan daku memiliki kecupan yang lebih mesra daripada orang yang mengecupku

Izinkan daku memiliki belaian yang lebih lembut daripada orang yang membelaiku



Aamiin,



Alhamdulillah ...                                                                                                           Membelai Harapan
Baca SelengkapnyaMEMBELAI HARAPAN

Selasa, 01 Oktober 2013

ALHAMDULILLAH SAJALAH !!


ALHAMDULILLAH SAJALAH ...




Bismillah ...


Budi : Gue punya temen, sukanya nonton bola, menurut Loe gimana ?

Raharjo: ya gakpapa !! daripada dia sukanya nonton Film Porno.



Budi : trus Gue juga punya tetangga jebolan pesantren yang pacaran sama cewek yang ngontrak di kontrakan Bokapnya, pendapat Loe ?

Raharjo : itu juga gakpapa !! daripada dia pacaran sama bencong yang ngontrak dikontrakan Bokapnya.



Budi : Buset dah., dari tadi Loe bilang gakpapa terus, btw agak sebel Gue sama Jogja, soalnya Tukang parkir + ngamennya Banyak banget !!

Raharjo : ya Biarin Aja !! daripada tukang copetnya banyak.



Budi : Tuhkan, lagi-lagi Loe Cuma bilang gitu. Serius lha Sob., nih W ada kenalan, dia dikenalnya sih Ikhwan, tapi kok pas shalat jamaah (terutama shubuh) si Fulan datangnya hampir selalu telat, yang ini gimana  nih ?

Raharjo : yaelah, masih mending selalu telat daripada selalu gak shalat !!



Budi : terus., katanya Ikhwah, tapi kok si Fulan ngajinya sehari Cuma selembar ?

Raharjo : mending sehari selembar daripada sehari gak sama sekali !!



Budi : Suer, Loe tuh kalo dicurhatin psti gini terus, dari dulu gak berubah, terlalu ngintip kebaikan orang sih Loe. Serius lha Sob., nih Gue punya temen tapi kayaknya dia gak tahu malu, soalnya tiap Gue punya makanan diminta terus,

Raharjo : masih mending dia minta (izin) terus sama Loe, daripada dia nyolongin Loe terus !!



Budi : Huft., cape deh !! mudah-mudahan kesabaran W gak abis, Sob., BBM naik dua ribu, terus gimana ya harga jajanan kita ? pasti naik juga kan semua harga jajanan seharian kita ?

Raharjo : ya ampYyuUn ... Cuma naik Dua ribu aja curhat, mending BBM naik Dua Ribu, coba Lima Ribu atau Sepuluh Ribu atau lebih dari itu ?



Budi : serius lha Sob !!, Gue punya temen kalau diminta bantuan eh dia malah Cuma bilang: “Gue bantu doa deh.,”.

Raharjo: ehm, ini Gue malah duarius, ya mending dia bantu doa daripada gak sama sekali.”



Budi: Duh (tepok jidat), terakhir deh !!, gini Sob, hari-hari ini ada aja gerombolan anak muda  yang malah main voli didepan masjid, bikin berisik aja, menurut Gue sih kurang pantes aja dilihat, boro-boro pada rajin shalat, adzan Cuma berenti sebentar trus dilanjutin lagi.”

Raharjo: ya mending mereka main voli lha, caba Loe bayangin kalau mereka main judi didepan masjid + mabok-mabokan ?.”



Alhamdulillah ...
Terimakasih                                                                                                           Alhamdulillah Sajalah

___---___

Tulisan ini Terinspirasi oleh seorang Alm Guru Ngaji Tercinta kita, Buya Hamka, yang selalu mengintip segala sesuatu dari kacamata “masih mending”.
Baca SelengkapnyaALHAMDULILLAH SAJALAH !!

BUSETEKS


BUSETEKS



Bismillah ...


Kelainan Iman,

Coba U pikir !!

Kalau soal dangdutan., sebelum acara malah dah pada siap nonton, tapi kalau Shalat ?

Kalau ada konser., maunya nonton di barisan paling depan, tapi kalau Shalat ?

Kalau nongkrong + pegang kartu kuat sampe pagi., tapi kalau nongkrong + pegang Qu’an ?

Kalau dapet sumbangan maunya yang banyak., tapi kalau nyumbang maunya yang sedikit !!

Kalau pas nuntut orang lain atau Pemerintah paling jago., tapi kalau pas nuntut diri sendiri ?




Pesantren Impoten,

Coba U pikir !!

Ada BANYAK BANGET kan Pesantren di Indonesia ?? dan Belom lagi jumlah Jebolan Pesantrennya !!.  Woh otomatis tambah bercecer dah tuh nilai ke-Pesantren-an di masyarakat (seharusnya). Tapi., kok rasa – rasanya kemaksiatan malah makin beleweran (banyak + dimane aje ada)) !! sementara itu, terlalu sedikit jebolan Pesantren yang kalau dah Lulus dari Pesantren bukannya jadi Dai eh malah ikut – ikutan kebawa arus !!. em., gak mungkin bagi W nyalahin si Hasil Gagal Pesantren, kan mereka yang Hasil Gagal Produk dari sistem Pendidikan Pesantren itu sendiri. Kalau udah begini, saran w sih : 1) Pesantren gak ngejamin ngelulusin lulusan yang Top bagi kebutuhan Iman Masyarakat 2) Eksekutif Pesantren kudu 100-rius wat ngevaluasi sistem pendidikannya, siapa tahu sistemnya terlalu ortodoks bagi keadaan masyarakat zaman sekarang 3) Segera Perbaiki diri – famili – komuniti – negeri, gak ada waktu lagi saling nyalahin, apalagi musihi. Right ? ^_^


Alhamdulillah ...                                                                                                             Buseteks
Baca SelengkapnyaBUSETEKS

MAAFIA


MAAFIA



Bismillah ...


Maaf,

Diriku bukanlah tipikal Pemuda pengemis kesuksesan

Diriku bukanlah tipikal Mahasiswa pengemis prestasi

Diriku bukanlah tipikal Generasi pengemis pekerjaan

Diriku bukanlah tipikal Laki-laki pengemis perhatian



Maaf,

Pintaku tak hajat pada Bosmu

Pintaku tak hajat pada Kolegamu

Pintaku tak hajat pada Pemerintahmu

Pintaku tak hajat pada Ketua Akademismu

Pintaku tak hajat pada Tetua-tetua Setempatmu



Maaf,

Darahku tidak dijatah untuk pertempuran bocah

Keringatku tidak dijatah untuk permainan palsu

Air mataku tidak dijatah untuk kesedihan semu


Terimakasih                                                                                                                        Maafia
Baca SelengkapnyaMAAFIA

ROCKETEKS


ROCKETEKS



Bismillah ...


Aduhai Rabbi,

Aku tak lagi hajat pada mereka yang tak hajat pada diri mereka sendiri,



Aduhai Rabbi,

Perlu bagiku untuk tidak lagi berkarya

Supaya kutahu siapa diantara mereka yang benar-benar peduli dan rindu akan karyaku



Aduhai Rabbi,

Apa maksud-Mu memperkenalkanku pada Persetan – persetan  Teori ?

Apa maksud-MU memperkenalkanku pada Persetan – persetan Sajadah ?

Apa maksud-MU memperkenalkanku pada Persetan – persetan Mata Uang ?

Apa maksud-MU memperkenalkanku pada Persetan – persetan Make-up ?

Apa maksud-Mu memperkenalkanku pada Persetan – persetan Aktivis ?

Apa maksud-MU memperkenalkanku pada Persetan – persetan Akademis ?

Apa maksud-MU memperkenalkanku pada Persetan – persetan Jabatan ?



Rabbi,

Kan kunanti jawab-MU akan hal – hal persetan itu !!


Alhamdulillah ...                                                                                                         Rocketeks
Baca SelengkapnyaROCKETEKS

SEPETAKALBU


#SEPETAKALBU



Bismillah ...
Selama dikau hidup, maka dikau ‘kan tetap bergaul dengan permasalahan, dan selama itu pula dikau tak dapat menepis embun – embun kebingungan. Dari apa yang kau sadari maupun yang tak kau sadari, embun itu tetap selalu ada dipertengahan kuncup dan mekarnya sang waktu.


---===---===

Menuhankan Pahala dan Surga !! jika kita beribadah hanya karna itu, lalu apalah arti Ahad ?, bukankah DIA yang telah menciptakan Pahala dan Surga itu sendiri ? bukankah buah terbaik dan teragung atas amal kita adalah DIA semata? lantas, apakah para kekasih-NYA juga para penyembah Pahala dan Surga ?

---===---===

 Aduhai diriku, betapa beruntungnya dikau, dimana DIA menjadi Maha Gurumu melalui al-Qur’an menurut Sunnah Muhammad SAW, dan yang menjadi kendaraan atas hal itu adalah dikau sendiri beserta orang – orang yang berpandang dan bersikap hidup berdasarkan satu konsepsi-NYA.


---===---===

Aduhai hatiku, bersyukurlah pada-NYA, dikau sanggup melihat kualitas pribadi seseorang hanya dengan melihat cara seseorang itu menolak atau menerima hal – hal yang disepakati maupun yang tidak disepakati. Bahkan dikau juga sanggup mengukur dalam hal yang belum tentu nasibnya.


---===---===

Aduhai rasaku, setelah kupikir lebih dalam, tentulah insan tercocok untukmu adalah dia yang secara bergandeng rasa mencintai segala kelemahan dan kelebihanmu, dia yang tidak hanya sanggup mengintip kehebatan dibalik kelemahanmu, tapi juga sanggup mengintip kelemahan dalam kehebatanmu.


---===---===

Rabbi., restukah engkau padaku, pada tindak – tandukku yang egois pada insan yang hanya sekedar memanfaatkan keshalehan ini , ‘ku tak mungkin mengatakan pada-MU:“Seandainya Engkau menjadi diri ini, lantas apa selera-MU atas mereka? yang tak sadar menjadikan keshalehan layaknya mainan bongkar pasang.”


---===---===

Setidaknya kita memahami satu kaidah dalam hidup ini, bahwa selama ia manusia, maka idak menutup kemungkinan baginya mengalami ke-pikun-an kasih dan sayang terhadap sesama. Dan dapat dikatakan RUGI, disaat “dia” muda namun sekelilingnya tak ada yang mau menghiraukannya dengan penuh rasa.


---===---===

Tak perlu memandang usia sosialnya, jika benar kau ingin memahamiku berdasar cinta personal maupun komunal, maka yang kau perlukan adalah usahamu padaku, bukan usahaku padamu. Atau, biarlah antara dirimu dan diriku bertengkat dan akur secara alami. Ku tentu takkan pernah meminta ganti rugi atas pergaulan yang merugikan.

---===---===

Alhamdulillah                                                                                                                       #Sepetakalbu
Baca SelengkapnyaSEPETAKALBU

'KU HANYA


‘KU HANYA

Bismillah ...

Rabbi,
‘ku hanyalah pucuk kecil yang berada diujung tangkai kehidupan ini
yang sekiranya ‘ku terhempas dari sang tangkai,
maka ‘kan tetap hijaulah dahan-dahan perjuangan ini

Rabbi,
‘ku hanyalah semilir angin kecil yang berhembus di ujung sela waktu shubuh ini
yang sekiranya ‘ku tak berhembus dalam sentuh,
maka ‘kan tetap sejuklah tarian angin pengorbanan ini

Rabbi,
‘ku hanyalah sejengkal nafas yang terhempas dari penciuman ketidakpastian ini
yang sekiranya ‘ku tak terhela lagi bagi sang nafas,
maka ‘kan tetap bernafaslah nafas – nafas para Jundi-MU ini

Rabbi,
‘ku hanyalah setengah langkah yang menapak kedepan diatas jalan panjang para syuhada
yang sekiranya ‘ku tak tertapak bagi jarak perjalanan,
maka ‘kan tetap menyongsonglah derap langkah semua Syuhada ini

Rabbi,
‘ku hanyalah sedetik kesabaran yang menerjang seluruh dimensi ketidakpastian dunia ini
yang sekiranya ‘ku tak berdetak bagi rentang waktu kesabaran.
maka ‘kan tetap berdetaklah abad kesabaran dari semua melodi dunia ini. 
---===---===

Terimakasih                                                                                                                           ‘Ku Hanya
Baca Selengkapnya'KU HANYA

Kamis, 04 Juli 2013

Risalah KKN


RISALAH KKN


Sekuncup yang Terpikir,, Hingga Memekarkan Sekuntum Harapan

=====================================================

Jika Anda menginginkan satu tahun kemakmuran, tanamkanlah benih. Jika Anda menginginkan sepuluh tahun kemakmuran, tumbuhkanlah pohon. Jika Anda menginginkan seratus tahun kemakmuran, maka metamorfosiskan lah manusia.”
( PRIBAHASA CINA )



Bismillah ...

1.    Bila Kalian mencari Penilai-an Akademis,, Maka Kalian akan dipaksa mengupayakan Program Kerja yang terbaik. Lain hal jika Kalian mengutamakan Penilaian-NYA melalui Program Kerja yang terbaik, maka Kalian lah yang akan dicari oleh Penilaian Akademis, begitu juga dengan Kekompakkan Tim yang akan datang dengan sendirinya.

2.    Sebenarnya,, ada Program Kerja Fudamental, baik sebagai Individu maupun sebagai tim yang harus kalian lebih perhatikan terlebih dahulu, yakni Memahami Masyarakat (termasuk Tingkatan Pendidikan, umur, Kesejahteraan, dll) secara Objektif. Buatlah mereka merasa bahwa Masyarakat juga merupakan bagian dari Keluargamu,, jika PROKER tidak berdasarkan Pemahaman ini, dikhawairkan PROKER hanya bersifat "anget-anget tahi Ayam". Atau bisa juga GAGAL. Selain itu,, PROKER yang terlahir adalah PROKER yang Berbasiskan Kebutuhan Vital Masyarakat, bukan Keinginan Masyarakat,, apalagi Keinginan Mahasiswa/i . Kuulangi,, ProKer KKN adalah buah dari Pemahaman dan Ke-ikhlasan dalam ke-masyarakat-an.
    
3.    Sejujurnya,, dalam mengembangkan SDM masyarakat,, masyarakat  tidak membutuhkan Mahasiswa/i yang pintar dengan IPK diatas 3 atau Mahasiswa/i kaya. Yang Masyarakat butuhkan hanyalah Mahasiswa/i yang bisa mencintai mereka sebagaimana Keluarganya sendiri,, yang rendah hati dan mau berkorban setulus mungkin.

4.     Perlu diketahui,, dari segi kuantitas pemanfaatan waktu, ketika KKN maka kalian harus 70% diam atau mendengar Masyarakat dan 30% bicara atau action, namun dari segi kualitas pemanfaatan waktu,, maka kalian harus 70% Action dan 30% diam.

5.    Bukan berarti kalian telah menjadi Mahasiswa/i kalian lebih mapan atau lebih jago dibandingkan masyarakat dalam Pemanfaatan dan Pengembangan Teknologi Sosial yang ada. Jadilah ANAK MANIS ketika bermasyarakat. Jangan sungkan mengakui ketidakmampuan atau kekuranganmu sebagai Mahasiswa/i. Ingat,,  Mahasiswa/i yang baik hanya mengajari Masyarakat, namun lain halnya dengan Mahasiswa/i yang bijak,, ia juga akan belajar dari Masyarakat itu sendiri.

6.    Ada 4 Tipe Masyarakat : 1). Mayarakat yang tahu kalau mereka tahu 2). Masyarakat yang tahu kalau mereka tidak tahu 3). Masyarakat yang tidak tahu kalau mereka tahu  4). Masyarakat yang tidak tahu kalau mereka tidak tahu. Nah,, Tipe Masyarakat yang seperti apakah yang kalian temui sekarang ? ini bisa dipantau dari seberapa besar antusias atau dukungan mereka terhadap kedatangan kalian.

7.    Sering ada perbedaan yang besar antara apa yang mungkin dapat kalian kerjakan dengan apa yang DAPAT DIKERJAKAN oleh kalian berdasarkan sumber-sumber Internal yang ada.

8.    Mengingat UIN SUKA memiliki citra ke-Agama-an yang lebih kental bila dibandingkan dengan Universitas lainnya,, maka seYogyanya  menjaga dan memelihara citra tersebut sebaik dan seindah mungkin, mulai dari Disiplin Shalat Berjamaah,, Tata cara berpakaian,, Tata cara menyapa,, tata cara berjalan,, tata cara berbicara,, tata cara berkunjung kerumah Warga,,  dsb harus yang Indah dan benar menurut Qur’an dan Sunnah Muhammad SAW. Sepakat ?

9.    Yang harus lebih diperhatikan dari semua Point diatas adalah tentang Fokus terhadap “Orientasi Proses”, bukan fokus pada “Orientasi Hasil”. Right ??


Alhamdulillah ...

Terimakasih                                                                                                                       Risalah KKN
Baca SelengkapnyaRisalah KKN

Atsmofir Pemasaran Buku di Indonesia


“ATSMOFIR PEMASARAN BUKU DI INDONESIA”


Oleh: Rhenald Kasali

Sumber: Jawapos 20 & 27 Juni 2011 (Memasarkan Buku I dan II)


Bismillah ...


Bagian I

Banyak pembaca bertanya, kalau tidak dengan cara bombastis, bagaimana cara memasarkan buku? Maklum, ada-ada saja cara para pendatang baru memasarkan bukunya belakangan ini. Mulai dari menebar uang recehan dan voucher seminar kepada penduduk kampung dari helikopter, sampai mengirim peti mati.

Tidak hanya itu, pengarang-pengarang baru itu juga mengajarkan cara-cara bombastis, cenderung jalan pintas kepada anak-anak muda. Sementara itu, tanpa menggunakan cara-cara seperti itu, saya sendiri bisa menjadi saksi bagi Anda, buku-buku yang ditulis dengan baik bisa menembus pasar secara elok. Saat kolom ini ditulis, saya baru menerima pemberitahuan dari penerbit bahwa cetakan ke empat buku ke-19 saya (Cracking Zone) telah beredar. Padahal buku ini baru diluncurkan empat bulan yang lalu.

Mungkin bukan hanya Cracking Zone yang menjadi koleksi pembaca. Bagi saya, di era informasi seperti ini buku yang baik akan berbicara sendiri. Sebaliknya, buku yang kurang bagus, mau dipromosikan seperti apapun pasti akan sulit diterima oleh pasar. Jadi mengapa tidak memulainya dari produk yang bagus?

Timbul pertanyaan, kalau cara-cara yang sehat saja masih bisa dilakukan, mengapa harus menggunakan cara-cara gila? Benarkah sebuah buku yang bagus isinya tidak akan dilirik pasar?


Fiksi atau Non-Fiksi

Bukan rahasia umum bahwa dunia buku adalah dunia fiksi. Buku-buku yang terjual ratusan ribu, bahkan jutaan kopi adalah buku-buku fiksi. Sementara itu buku-buku non-fiksi, kalau tidak menjadi perhatian publik atau tidak menjadi bacaan wajib di sekolah, paling banyak hanya terjual sepuluh atau dua puluh ribu kopi. Sedangkan mayoritas buku yang dibuat asal jadi, menjual seribu kopi saja susahnya setengah mati.

Namun dunia fiksi menjadi ramai karena banyak cerita dan karangan yang bisa diangkat secara fiktif, baik dalam penokohan, pemasaran, kemasan, maupun event-nya. Maka cara-cara fiktif dalam pemasaran buku fiksi adalah biasa.

Menjadi masalah bila seorang penulis tidak bisa membedakan keduanya. Buku-buku manajemen, ekonomi, science, dan self help (termasuk motivasi) adalah buku non-fiksi yang harus ditulis berdasarkan fakta dan pengetahuan, bukan sembarang bicara. Meski terlihat indah, mengharukan dan seakan memotivasi atau seakan-akan benar, karya non-fiksi tidak dapat disajikan tanpa dasar.

Jadi celakalah bila buku-buku non-fiksi yang dipasarkan dengan pendekatan fiktif, apalagi bila dibuat bombastis. Buku Harry Potter misalnya, bisa saja dibuat bombastis, memakai tokoh-tokoh animatif, diluncurkan tengah malam dengan ribuan remaja mengantri. Tetapi saya tak akan melakukannya untuk buku-buku manajemen (non-fiksi) yang saya tulis.

Jangankan pemasaran, isinya pun harus ditulis dengan penuh kehati-hatian. Anda memerlukan landasan teori untuk menyampaikan kebenaran meski bahasanya dibuat semudah mungkin untuk dipahami dengan contoh yang dekat pada pembacanya.  Mungkin Anda masih ingat kontroversi yang dialami Robert Kyosaki yang terkenal dengan buku Rich Dad-Poor Dad-nya. Kisah bapaknya yang kaya (yang menjadi fokus karyanya) di bongkar oleh John Reed (Harvard) yang ternyata kisah yang diangkat Kyosaki hanya fiktif belaka.

Kalau Anda dalami lebih jauh, Anda akan menemukan masalah moral di dalam buku ini yang mungkin telah turut melahirkan orang-orang yang ingin cepat kaya yang sekarang menjadi buronan polisi dan KPK. Masalah moral itu adalah serba mementingkan  si kaya, objektif kewirausahaan adalah cepat kaya, berani berspekulasi, sekolah tidaklah penting, dan jangan akui orang tua kandung kalau dia miskin.

Berbahaya bukan? Entahlah bila Anda mengatakan tidak. Tetapi bagi saya, hal seperti ini banyak kurang patutnya.

Nah, bagaimana respons para pengikut Robert Kyosaki? Anda mungkin sudah bisa menerka, para pengikut yang kurang cerdas, tentu akan beranggapan postulasi Kyosaki benar. Mereka ingin cepat-cepat sukses dan cara-cara bombastis pun digunakan. Buku mereka mungkin tidak sebagus buku yang benar-benar bagus, sebab mereka beranggapan semua itu tidak penting. Yang penting heboh dan dibeli. Soal dibaca nomor dua. Dipakai untuk hidup tidaklah penting, yang penting mereka dianggap hebat, kreatif, dan berani. Lalu cepat menjadi kaya.  Mereka lupa, buku adalah karya ilmiah. Dengan buku, kita tidak asal bicara atau menulis. Kita menyajikan fakta, hubungan dan kebenaran. Bukan asal bicara, asal gagah-gagahan. Kalau tak punya ilmu, tulis saja biografi, tak usah sok ilmu-ilmuan, atau mencaci maki ilmu pengetahuan.

Inilah cara-cara yang tidak dianjurkan, karena cara-cara seperti ini hanyalah cocok untuk memasarkan buku-buku fiktif, yang hanya merangsang imajinasi. Minggu depan akan saya lanjutkan dengan pengalaman saya memasarkan buku secara elok. Selamat berkarya.



Bagian II


Melanjutkan kolom minggu lalu maka saya akan mengulas bagaimana memasarkan buku nonfiksi secara lebih elok.  Pertama-tama tentu kita harus memahami bagaimana sebuah buku dipasarkan.  Di negara-negara maju, penulis tinggal duduk manis, penerbitlah yang bekerja keras memasarkan buku.  Mereka berburu naskah-naskah bagus dari pengarang atau ilmuwan terkemuka, dan bila ada kesepakatan maka penerbitlah yang merancang strategi pemasarannya.  Semuanya tentu dimulai dari produk yang bagus, yang didisain secara khusus, dipilih waktu yang tepat, dan dikomunikasikan melalui strategi promosi tertentu.


Tendensi Asal-asalan

Namun di sini situasinya terbalik.  Penerbit cenderung enggan berpromosi.  Ada tendensi mereka hanya berburu naskah sebanyak mungkin, bahkan siapa saja boleh membuat buku, bagus atau jelek itu relatif.  Bahkan ada penerbit besar yang terkesan hanya punya target menerbitkan naskah sebanyak-banyaknya dalam setahun.  Penulis-penulis muda yang cerdik memanfaatkan penerbit yang asal membuat buku dengan membuat judul yang "menggoda" meski isinya sesungguhnya tidak punya dasar ilmiah sama sekali.  Buku itu diedarkan ke toko-toko buku dengan dibungkus cover plastik, dan pembaca kesulitan menerka isinya.

Ketatnya persaingan antar penerbit dan antar buku membuat penerbit gelap mata. Bahkan dalam industri buku-buku pelajaran sering kami temui buku-buku yang sangat tidak bermutu yang dipakai sebagai buku acuan sekolah.  Sebagai orang tua, saya masih sering duduk bersama anak bungsu saya, menemaninya belajar dan menafsirkan isi buku yang dipakai di sekolahnya.  Dari situlah saya mengerti, bagaimana anak-anak didik kita kebingungan mengikuti ujian nasional atau kenaikan kelas.  Buku-buku itu ditulis dengan bahasa yang berputar-putar, terkesan ditulis oleh orang yang kurang berilmu dan tak bisa menulis dengan baik.  Rumus-rumus ditaburkan tanpa konsistensi istilah, yang kalau dibaca halaman lebih lanjut akan lebih membingungkan.  Saya tidak bisa mengerti apa rahasia seorang anak didik bisa mendapat nilai yang tinggi di sekolahnya dari buku-buku wajib yang dibuat seperti itu.

Dalam industri buku umum, hal serupa juga terjadi. Ada pengalaman beberapa orang yang tidak bisa menulis buku bisa berbangga mengaku sebagai penulis buku.  Bukan, ia tentu bukan penulis. Pembaca saja yang dikibuli.   Buku itu adalah karya penerbit yang menuliskan pikiran-pikiran orang itu.  Mengapa penerbit mau melakukannya?  Wajar saja kalau orang yang saya maksud memiliki nama besar.  Katakan saja sebuah biografi yang menyangkut tokoh tertentu, wajar kalau bukunya dibuat dengan bantuan penulis atau ghost writer.  Tapi yang saya maksud bukan ini.  Buku self help atau manajemen yang ditulis seorang pendatang baru ternyata juga bisa dituliskan oleh penerbit hanya karena si penulis datang dengan iming-iming akan membeli lima atau sepuluh ribu kopi.  Jadi Anda bisa bayangkan bagaimana controlling idea isi buku tersebut: Amburadul dan asal terbit.

Unik juga kok buku-buku seperti itu bisa laku dan penerbit senang saja membela mereka?  Jawabnya adalah karena penerbit dapat uang.  Dan saya saksikan buku-buku itu dipasarkan penulisnya dengan diskon khusus, dibundling dengan seminar bombastis, yang dilengkapi iming-iming paket seminar seharga lima juta rupiah, tapi kalau beli buku seharga seratus ribu akan dapat seminar gratis.  Ajaib ya? Buku itu laku bak pisang goreng.

Namun demikian, seharusnya buku yang baik memang menjadi tanggungjawab penerbit dan penulis.  Penerbit harus mampu mempromosikan isi buku dan membuatkan desain yang bagus, serta meletakkannya pada lokasi yang strategis di toko buku.  Namun lagi-lagi karena penerbit dikejar target sekian ratus judul buku dalam setahun, maka kesan mass production pun tak terhindarkan.  Cover dan isi dibuat dengan desain asal jadi. Bahasa dan content sulit dipertanggungjawabkan, dan akhirnya buku itu hanya bertahan beberapa bulan saja di toko buku.

Menurut saya, sebuah buku yang baik tak memerlukan bombastisme dalam pemasarannya asalkan sedari awal penulisnya benar-benar memikirkan situasi yang dihadapi pembacanya.  Buku yang baik itu langka karena ditulis dengan penuh kesungguhan, dari jam terbang penulisnya yang tinggi.  Ia menggabungkan ilmu pengetahuan dengan kebutuhan praktis pembacanya. Bahasanya sederhana sehingga mudah dipahami, kaya contoh, banyak ilustraasi dan isinya mengalir, penuh pandangan-pandangan baru yang didapat dari kajian ilmiah.

Dengan demikian, penulis buku yang bagus harus percaya diri. Tak perlu mengundang sensasi seakan-akan buku yang bagus tak akan diperhatikan kalau tidak bombastis.  Justru sebaliknya cara bombastis akan mengundang kecurigaan pasar generasi baru yang sangat kritis.  Kalaupun buku-buku seperti ini mendapat pujian, kita pun dapat menerkanya, itu hanyalah pujian semu yang dikarang-karang para penulis buku dan para karyawannya saja.

Sekarang ini kita semua hidup dalam era jejaring sosial yang serba gratis.  Pasarnya adalah Generation-C yang terhubung satu dengan lainnya.  Sebuah buku yang bagus akan cepat diulas dari mulut ke mulut, dari satu layar monitor ke layar monitor lainnya.  Sebaliknya, buku yang buruk akan dikutuk ramai-ramai pula.  Jadi dalam sosial media, Anda tak bisa lagi memasarkan buku dengan jargon jualan kecap.  Seperti kata-kata: belilah, dasyat, tak ada duanya, dan seterusnya.  Jelaskan saja bagian yang menarik, biarkan pembaca menyimpulkan sendiri.


Peran Penerbit

Dulu, penerbit masih sering beriklan.  Namun sejak tarif iklan pada media konvensional melonjak drastis, penerbit urung berpromosi di media cetak.  Penerbit lebih menjalankan peran produksi dan distribusi, lalu bayar rolayti antara 10 hingga 12 persen.  Paling jauh penerbit hanya memberi dukungan minimal pada saat book launching.

Dari pengalaman saya, sikap penerbit memang diskriminatif.  Artinya, kalau Anda penulis besar dan nama sudah dikenal, atau penerbit berkeyakinan buku Anda akan meledak, maka mereka akan membuatkan program promosi yang bagus.  Mobil box distribusi akan dilengkapi billboard aneka warna, display dipajang di toko buku, dan sesekali Anda akan ditampilkan di media massa.  Selebihnya, penerbit hanya melaporkan berapa royalti yang telah ditransfer setiap tiga bulan sekali.

Ini berarti peran penerbit minimal sekali, dan lagi-lagi karena buku yang mereka cetak dan edarkan setiap bulan jumlahnya sangat massal, sehingga tak ada jaminan buku Anda akan bergerak dinamis hanya dengan menyerahkan nasib Anda ke tangan penerbit.  Dari situlah saya meyakini, peran penulis sangat besar. Penulis harus bisa menjadi distributor yang mampu menjual buku lebih banyak dari masing-masing toko buku.  Tentu saja Anda tak perlu membawa peti mati atau membakar petasan besar, cukup menstimulasi orang untuk mendiskusikannya. Di era social media ini, buku yang baik akan betcerita dengan sendirinya.  Jadi? Percaya diri saja, dan jangan berhenti menulis. Perkaya ilmu Anda sehingga membuat pasar Anda percaya pada Anda,  perbaiki kualitas buku Anda dari waktu kewaktu, dan tak perlu lebay. [Rhenald Kasali]


Alhamdulillah ...

Terimakasih                                                                                                                      Atsmofir Pemasaran Buku di Indonesia
Baca SelengkapnyaAtsmofir Pemasaran Buku di Indonesia