Social Icons

a

Minggu, 28 April 2013

Kapasitas Sang Cinta


KAPASITAS SANG CINTA ...


Cintalah ...

Yang memungkinkan Ibu menjadi Ratu

Yang memungkinkan Adik menjadi Baik

Yang memungkinkan Kakak menjadi Bijak

Yang memungkinkan Anak menjadi Penegak

Yang memungkinkan Bapak menjadi Tonggak

Yang memungkinkan Keluarga menjadi Surga ...



Cintalah ...
Yang memungkinkan Generasi menjadi Arti

Yang memungkinkan Orang Tua menjadi Anak Muda

Yang memungkinkan Masyarakat menjadi Martabat

Yang memungkinkan Para Wanita menjadi Mulia

Yang memungkinkan Para Pria menjadi Ksatria

Yang memungkinkan Sosial menjadi Ideal ...



Cintalah ...

Yang memungkinkan Teks menjadi Konteks

Yang memungkinkan Rindu menjadi Syahdu

Yang memungkinkan Masalah menjadi Anugrah

Yang memungkinkaan Impian menjadi Kenyataan

Yang memungkinkan Perkataan menjadi Perbuatan

Yang memungkinkan Reality menjadi Hakiki ...



Terimakasih                                                                                                                    Kapasitas Sang Cinta
Baca SelengkapnyaKapasitas Sang Cinta

Objektif Sajalah


OBJEKTIF SAJALAH !!


Apapun itu !!
Cinta – rasa – karya
Marah – resah – gundah
Harta – tahta – wanita
Benci – dengki – iri
Nilai – harga
Haruslah Objektif !!

Apapun itu !!
Permainan – persaingan
Pertemanan – persahabatan
Kelembutan – kekerasan
Hukuman – ampunan
Lunak – tegas
Haruslah Objektif !!

Apapun itu !!
Kebodohan – kepandaian
Kerajinan – kemalasan
Manfaat – mudharat
Hitam – putih
Hati – akal
Haruslah Objektif !!

Apapun itu !!
Musibah – barakah
Kelebihan – kekurangan
Kekeruhan – kejernihan
Tahu diri – percaya diri
Pertanyaan – jawaban
Salah – benar
Haruslah Objektif !!

Apapun itu !!
Kencang – lambat
Pasti – ketidakpastian
Mampu – tidak mampu
Mengawali – mengakhiri
Sibuk – menganggur
Gagal – berhasil
Haruslah Objektif !!

Apapun itu !!
Katanya – kayaknya
Menambah – mengurang
Bersatu – menjadi satu
Impian – tindakan
Profesi – hobi
Input – output
Haruslah Objektif !!



Terimakasih                                                                                                                       Objektif  Sajalah
Baca SelengkapnyaObjektif Sajalah

Kamis, 25 April 2013

Episode Ukhuwah


EPISODE UKHUWAH


Sejatinya,

Ukhuwah itu bukan teks,
Tetapi konteks

Ukhuwah itu bukan teori,
Tetapi aplikasi

Ukhuwah itu bukan katanya,
Tetapi kenyataannya

Ukhuwah itu tidak dibicarakan,
Tetapi dibuktikan

Ukhuwah itu tidak ditunggui,
Tetapi didatangi

Ukhuwah bukanlah kenangan,
Tetapi kekinian

Ukhuwah bukanlah masalah otaknya,
Tetapi hatinya

Ukhuwah itu objektif,
Namun bukan subjektif

Ukhuwah itu parameter kebijaksanaan,
Namun bukan kekuatan

Ukhuwah ?
Dia itu seksi,
Banyak yang ingin menikmati kemolekannya,,
Namun sedikit yang berani dan berhasil merayunya

Ukhuwah ?
Dia ibarat hantu,
Banyak yang pandai membicarakannya...
Namun sedikit yang pandai melihat dan membuktikannya

Ukhuwah !!
Oh, ternyata dia sedang mengenang sang Romeo
Dan Romeonya itu bernama Iman Yang Universal
Bukan iman yang komunal, apalagi individual

Terimakasih                                                                                                                        Episode Ukhuwah
Baca SelengkapnyaEpisode Ukhuwah

Dan Kau Takkan


DAN SEJATINYA HATI


Sejatinya Hati Ini

Takkan haus jika memang ada air-NYA

Takkan kosong jika memang ada isi-NYA

Takkan rancu jika memang ada aturan-NYA

Takkan celaka jika memang ada rambu-NYA

Takkan bosan jika memang ada permainan-NYA

Takkan bingung jika memang ada petunjuk-NYA

Takkan miskin jika memang ada harta-NYA

Takkan gelap jika memang ada sinar-NYA

Takkan sakit jika memang ada obat-NYA

Takkan diam jika memang ada alunan-NYA

Takkan lepas jika memang ada pengekang-NYA

Takkan nganggur jika memang ada lowongan-NYA

Takkan lapar jika memang ada makanan-NYA

Takkan dingin jika memang ada selimut-NYA

Takkan sempit jika memang ada spasi-NYA

Takkan bau jika memang ada harum-NYA

Takkan dijauhi jika memang ada pesona-NYA

Takkan kerdil jika memang ada keagungan-NYA

Takkan terkekang jika memang ada pilihan-NYA

Takkan hambar jika memang ada racikan-NYA

Takkan runtuh jika memang ada pondasi-NYA

Takkan telat jika memang ada timeline-NYA



Terimakasih                                                                                                                              Dan Sejatinya Hati
Baca SelengkapnyaDan Kau Takkan

Negara Oh Negara


NEGARA OH NEGARA,, !!

Masih saja Dirimu disamakan layaknya tempat sampah oleh hati yang sebenarnya mudah iri – merasa suci – dengki – emosi.

Masih saja Dirimu disamakan layaknya kandang bagi binatang – binatang ternajis di Negeri ini oleh pikiran yang sempit lagi sakit.

Masih saja Dirimu disamakan layaknya lubang tahi oleh beberapa jiwa yang sebenarnya sekedar ber-merk agama – budaya – atau sejenisnya.

Masih saja Dirimu disamakan layaknya rumah hantu bagi para hantu terseram dan terjahat di Tanah air ini oleh nyali yang takut dan bermulut kecut.

Negara oh negara,,
Semua mengakui Kemerdekaanmu – dan sayangnya tidak semua akan mengakuimu setelah itu. Kini Dirimu hanya bisa dicaci – atau paling bagus di teliti dan kemudian kembali dicaci – dan kembali berhak dijauhi – lalu membiarkan para kurcaci-NYA yang membenahi.

Negara oh negara,,
Andai kau terwujud sebagaimana mahkluk – tentu tak ada telinga yang tidak mendengar tangisanmu ini – tentu tak ada mata yang tidak melihat sedu sedanmu itu – tentu tak ada tangan yang tidak mencabut luka dan bisa yang lama tertanam ditubuhmu – tentu tak ada kaki yang  tidak menghampirimu agar kau tidak lagi merasa sendirian.

Negara oh negara,,
Tersimpan dalam dirimu satu skala perubahan – perbaikan manusia terbesar yang tidak dimiliki oleh Organisasi apapun di akhir zaman ini.

Negara oh negara,,
Tertanam dalam dirimu satu pelita cinta bagi semesta di dunia – satu pelita sastra bagi semesta jiwa di dunia – satu pelita budaya bagi semesta karya di dunia.

Negara oh negara,,
“mereka” bilang: “buat apa dirimu serius diperhatikan – apalagi diperjuangkan ?, toh kami bisa kaya dan makmur tanpamu – kami bisa pintar atau pandai tanpamu – kami juga bisa shaleh atau masuk surga tanpamu –!!”

Negara oh negara,,
“mereka” juga pernah bilang: “adzab datang bukan karna kebobrokanmu (negara), melainkan karena kebobrokan kami sendiri (penduduk).~~Q.S Tafsiriyah Huud [11]: 117~~. Jadi yang menentukan nasib tanah ini adalah kami sendiri – bukan dirimu.”

Negara oh negara,,
Tegaskanlah pada orang – orang yang seperti itu, bahwa “sebaik – baik dan sebenar – benarnya kehidupan Manusia Muslim di Dunia ini adalah kehidupan yang berlandaskan nilai hakiki, yang berlandaskan nilai universal, dan yang juga berlandaskan nilai keharmonian. Yakni ke-hakiki-an ilmu atas seluruh objek kehidupan (pemimpin dan yang dipimpin), yakni ke-universal-an budaya atas seluruh dimensi kehidupan (pikiran – perasaan – ucapan – laku perbuatan), yakni ke-harmoni-an kinerja atas seluruh karya kehidupan (politik – hukum – pendidikan – ekonomi – sains – budaya – olahraga – hubungan internasional). à terinspirasi dari (~~Q.S Tafsiriyah an-Nisaa [4]: 59~~)

Negara oh negara,,
Pahamkan pada “mereka”,bahwa Islam adalam tatanan hidup yang paripurna – komprehensif bagi Bangsa dan Negara manusia itu sendiri. Secuil pun – tidak ada ranah kehidupan yang tidak dapat disentuh – kemudian diperbaiki olehnya, dan oleh karna ke-paripurna-an itulah Islam membutuhkan konsistensi dan eksistensi pesona manusia – manusia muslimnya yang temporal.


Terimakasih                                                                                                                        Negara Oh Negara  !!
Baca SelengkapnyaNegara Oh Negara

Sabtu, 20 April 2013

Sekat Kebuntuan

SEKAT KEBUNTUAN

Jika menyalahkan itu dibutuhkan, lalu siapa yang berhak disalahkan, lantas apa yang mesti disalahkan, terlalu banyak diantara  mereka dibuat sibuk oleh gelar yang mereka anggap penting, terlalu banyak juga diantara mereka dibuat terlelap oleh angan – angan yang mereka anggap membawa pada kebebasan. Sudah lelah rasanya kaki ini memijak diatas tanah yang dikencingi dan dikotori oleh pikiran – pikiran kerdil, sudah lelah rasanya paru – paru ini menghisap udara kotor yang tecemar oleh asap – asap kepalsuan, sudah lelah rasanya mata dan telinga ini melihat dan juga mendengar hal – hal yang justru hanyalah ilusi kelas teri. Lalu dimana kah orang yang benar – benar berilmu dan mengamalkannya secara baik, benar dan indah ? lantas apakah mereka itu tercipta hanya untuk pusing dan kalah dengan realitas ? sungguh takpantas pertanyaan ini dituju kepada mereka !!.

Bagaimana mungkin aku rela, melihat berbagai hasil kerja keras dari guru – guruku kemudian setelah itu mudah saja bagi orang lain – bahkan mantan muridnya sendiri sengaja meludahi – mengencingi – mengotori – bahkan memuntahkan isi perut diatasnya. Lalu dimanakah para murid – muridnya ? dan aku mencari siapa – meski hanya satu orang yang tulus – berani – dan bertekad kuat untuk membersihkan dan kembali mewangikan hasil kerja keras dari guru – gurunya tersebut ? siapa ? dirimukah ? itu rasanya hanya guyonan pabila engkau menjawab “iya”. Atau jangan - jangan malah hanya aku seorang ? itu rasanya hanya guyonan maut pabila engkau menjawab “bisa jadi”.

Oh, ternyata si cengeng sedang terkenal, ternyata si ketat sedang terlihat dilayar televisi, ternyata siegois sedang dimintai tanda tangannya, ternyata si akal bulus sedang dimintai keterangannya atas peristiwa – peristiwa bumi, ternyata si penghisap rokok sedang ditunggu suaranya dalam menilai orang lain, ternyata si mulus sedang blo’on atau pura – pura blo’on ketika banyak mata keranjang yang berharap dapat memangsanya, ternyata si berita sedang asyik – asyiknya mempermainkan pikiran rakyat kurus yang ingusan, ternyata si ijazah mampu mempercantik atau memperganteng orang – orang dungu, ternyata si teori sudah menjadi lukisan utama bagi ruang tamu kehidupan, dan ternyata orang yang wangi juga sedang mengobral kesuksesan, Oh...

Lalu apa lah arti bumi ini jika hanya dinjak oleh boneka yang berotak robot ? lalu apalah arti bumi ini jika hanya diludahi oleh orang – orangan sawah yang berdasi ? lalu apakah arti bumi ini jika hanya dijadikan kuburan bagi kotoran – kotoran mamalia yang berwatak reptil ? lalu apalah arti bumi ini jika diperankan oleh aktor – aktor kehidupan yang murah dan juga murahan.

Oh bumi, sebelumnya engkau dibelai oleh tangan sang Nabi, sebelumnya engkau dipijak oleh sang Rasul, sebelumnya engkau dirawat oleh sang Aulia, sebelumnya engkau mendengar sebuah dendang melodi kesatuan – kesejahteraan – keadilan – dan kemenangan atas nilai hakiki. Oh Bumi !, Tidak mungkin aku mendatangimu hanya sekedar mengatakan, “sabarlah,,, kelak ini akan berakhir dengan sendirinya” kemudian pergi begitu saja. Tidak ! itu bukan tipeku,

Oh waktu, kini mulut bisa dibayar dengan uang, iman lebih tipis daripada uang lembaran, pikiran lebih tumpul dari benda tertumpul apapun, nafsu lebih buas daripada binatang manapun, timbangan hanya tnggal memiliki satu alat takarnya, lalu dimana sisi takaran yang lain ? entah, mungkin sudah diambil oleh si jabatan,

Persatuan – Perdamaian – Kemakmuran – Kesejahteraan – Keadilan ibarat hantu, banyak yang mendengarnya, namun terlalu sedikit yang bisa melihat dan membuktkannya. Belajarlah dari monyet yang mampu bertahan diatas pohon tinggi dari kepungan dan serbuan angin topan yang ganas, namun sayangnya sang tidak mampu bertahan sedikitpun – sehingga terjatuh – dan mati hanya karena terpaan kecil satu angin sepoi yang menari diubun – ubun kepalanya.

Hidup – tetaplah hidup – dan tetaplah terus menghidupi, meskipun hanya satu ayat yang menemani perjuanganmu.

Terimakasih                                                                                                                          Sekat Kebuntuan
Baca SelengkapnyaSekat Kebuntuan

Sukses Tanpa Tahta


SUKSES TANPA TAHTA

=================================================================

Kata Pencerah Pertama

“Untuk membuat otobiografi yang sesungguhnya, si penulis hendaknya dalam keadaan susah seperti Rousseau, ketika dia menulis pengakuan-pengakuannya dan pengakuan yang demikian ternyata sukar bagi saya”. —Bung Karno—

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Pendahuluan

Selama ini yang saya pahami, banyak orang memiliki istilah sukses yang subjektif, artinya istilah dari sukses itu sendiri masih didominasi oleh berbagai asumsi yang bersifat pribadi, dan oleh sebab itulah mengapa sukses yang dianggap oleh kebanyakan orang saat ini (sebenarnya atau sadar/tidak sadar) justru memiliki efek desktruktif pada jiwanya sebagai makhluk sosial – spiritual. Ada yang dianggap sukses tetapi hatinya justru semakin keras, ada lagi yang dibilang sukses tetapi hubungan–hubungan sosial – spritual baik terhadap keluarga maupun orang lain malah semakin retak atau pincang, ada juga yang dibilang sukses tetapi kesuksesannya hanya untuk dirinya sendiri dan tidak untuk orang lain juga. Ironisnya, orang – orang sukses yang seperti itu sulit bahkan seolah tidak akan mungkin menyadari bahwa sukses yang didapatkannya adalah kesuksesan palsu. Dan lebih ironisnya lagi, disaat terjadi krisis kesuksesan hakiki saat ini, kita tidak atau belum atau sulit menemukan seorang pahlawan dalam sebuah kesuksesan hakiki, padahal dengan bertemu dengannya kita dapat bercermin dan bertanya apakah kesuksesanku ini palsu ? atau apakah selama ini kegagalan yang kudapat dan berhasil kulalui adalah kegagalan yang tidak objektif ?.
Mudah – mudahan, dikesempatan inilah kita semua dapat mengambil sebuah narasi yang mungkin asing bagi khlalayak pembaca-----namun Insyaallah dapat memberikan sebuah Inspirasi objektif bagi kelangsungan hidup sebuah pikiran dan perasaan kita sebagai makhluk peraih sukses.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Kata Pencerah Kedua
“Sukses itu ketika anda konsisten pada kebenaran-NYA. (— Gandhi —)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Spasi Pembahasan
Sebelumnya saya meminta maaf kepada para pembaca, karna teks – teks selanjutnya adalah teks yang tidak sepenuhnya atau secara utuh tidak menggambarkan cerita – cerita yang mungkin sesuai “administrasi” tugas. Terus terang, saya sendiri bukanlah tipikal orang yang pandai mengobral cerita pribadi apalagi orang lain, kecuali itu memang teramat sangat diperlukan bagi khalayak, dan entahlah,, (kemungkinan besar) secara alami saya sungkan apabila mengkisahkan hal yang dimaksud tetapi  hanya demi rasional akademis. Bagi saya, cerita juga memiliki “nyawa”, jadi tidak sembarang tempat – waktu – dan kepentingan menjadikannys sekedar sebuah cerita yang di share begitu saja tanpa perlu mengeluarkan “harga” yang pantas untuk menebusnya. Ini bukan berarti saya “matre” dalam berkisah, tetapi hakikatya, Kisah bukanlah sekedar lukisan hidup yang terbahasakan oleh bahasa mata dan disenambungkan oleh bahasa lidah. Kisah merupakan sebuah sebuah bahasa pikiran dan hati, kemudian disenambungkan oleh bahasa jiwa yang menjelma kedalam segenap laku perbuatan sebagai tatanan hidup, kisah mengandung rahasia, rahasia mengandung nilai, dan nilai hanya bermanfaat bagi mereka yang sadar akan nilai tersebut.

Sebaik – baiknya kisah tentulah kisah yang mengandung Ilmu, dan Agar ilmu itu objektif, tentunya tidak terlepas dari kerelaan sang narasumber untuk “ditelanjangi” sejarah hidupnya, dan saya tidak rela pabila saya sudah melakukan “penelanjangan” baik itu pada diri saya sendiri atau orang lain, kemudian “ditonton” oleh khalayak tetapi “output”nya pun tidak lebih dari sekedar gelembung air, disentuh kemudian pecah. (selami kata pencerah pertama)

Ilmu itu engkau letakkan pada orang yang bagus membawanya dan tidak menyia-nyiakannya.” (Akramah r.a), saya yakin, pembaca cukup cerdas dalam melukiskan maksud saya melalui kalimat miring tadi. Dan sekiranya pembaca masih berkeras hati, maka saya hanya mampu menghimbau untuk menyimak satu pesan, yakni “buruk baiknya kehidupan seseorang hanya dapat dipertimbangkan setelah ia mati”. –Bung Karno- (dalam buku Soekarno Penyambung Lidah Rakyat: hlm 13)

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembahasan

Baiklah, disini saya akan menceritakan sebuah Success Story berdasarkan apa yang saya pahami, baik dari TK sampai Detik ini. Jadi definisi sukses bagi saya disini adalah tentang apa – apa yang telah saya pahami dan lakui. Tanpa mengurangi kepatuhan saya akan tugas yang diberikan Pengampu yang saya hormati, Labibah Zain, maka saya akan membahasnya berdasarkan potongan – potongan masa lalu (walau tidak seutuhnya), berikut :

1.      Ketika TK, yang saya pahami waktu itu adalah :

-           “Jangan takut pada siapapun kecuali pada-NYA”, sampai – sampai waktu itu saya pernah membuat nangis anak yang nakal + badannya 3x lebih besar dari saya dan dia ternyata anaknya preman dari RT sebelah.

-          “Cintailah orang yang mencintaimu”, kalau dikenang – kenang ternyata memang saya dulu anak yang paling disayang (mungkin dulu paling imut), baik dalam lingkup keluarga maupun saudara, sampai – sampai saya pernah “diumpetin” sama beberapa penjual baju di pasar yang biasa Ibu beli baju disitu. Memang waktu itu saya hanya dapat membalas cinta mereka dengan cara mudah bercanda + asyik pas diajak bermain + kalaupun sedang cengeng malah bikin gak tega orang yang ngeliatnya. ^_^

2.      Ketika SD, yang saya pahami waktu itu adalah :

-          “Hargai sesuatu meski itu hanya selembar kertas”, jadi salah satu kebiasaan buruk saya waktu SD adalah sering menyobek uang dan Ibu selalu disiplin atas kesalahan saya tersebut.

-          “Membeli itu apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan”. Salah satu hobi saya waktu itu adalah setiap hari HARUS ganti hapusan – pensil – dan alat rautnya, awalnya Ibu memakluminya, sampai pada titik batas pemakluman Ibu, akhirnya saya dididik perlahan untuk berani mengubah kebiasaan boros saya tersebut.

-          “Kakak harus lebih kuat daripada adik”. Didepan mata saya, seusai sekolah ada dua orang yang sedang berkelahi yang juga cukup dikelilingi siswa sekolah, dan ternyata salah satu orang yang berelahi waktu itu adalah Kakak saya, luar biasa kakak saya waktu itu, dia menang berkelahi dan membuat bonyok lawannya, memang pas melihat kejadian itu awalnya merinding dan takut, tapi setelah tahu alasan kenapa kakak saya berkelahi – saya justru salut akan tindakannya tadi.

3.      Ketika SMP, yang saya pahami waktu itu adalah :

-          “Seburuk apapun sang kakak, tetaplah ia menginginkan agar adiknya lebih baik darinya”. Dengan susah payah + mondar – mandir ke sekolahan, saya didaftarkan oleh kakak saya ke SMP dimana sebelumnya dia juga sekolah disitu, hanya saja waktu itu saya tahu dari orang tua kalau dia dulu kena kasus, yakni ketahuan main Gaple di kebon pisang sebelah sekolah + ada ceweknya + jadi jelek deh nilai Agamanya. Tapi kakak saya waktu itu (setelah segala urusan administrasi sekolah diselesaikannya) menegaskan ke saya: “Awas loe kalau sekolahnya maen-maen, sekolah yang bener” (Cuma itu yang saya ingat).

-          “Pilih mana ? dia atau kita?”. Saya waktu itu sempat “akrab” dengan selebriti kelas, keperpus bareng dan kekantin bareng, sampai saling tukar pantun atau puisi dengannya. Memang terasa indah waktu itu, sampai cabang pohon pun saya pahat kemudian dituliskan namanya. Tapi selang beberapa lama saya menyadari, bahwa apa yang saya lakukan dengannya selama ini ternyata menjauhkan saya dari pergaulan yang sebenarnya lebih luas dan menantang, selain itu saya juga menyadari seolah dunia ini milik kita berdua, lalu dimana mereka ? dan pada titik tertentu akhirnya saya kembali ke “habitat” seorang laki – laki, dan dari situ pula saya lebih tahu kalau lebih baik berteman daripada “berteman baik”, karna dengan cara itulah kita memiliki tools yang baik dalam memilih calon.

-          “Apapun situasinya, hadapilah “Api” dengan Air” yang sejuk”, suatu ketika guru saya curhat ke Ibu saat pengambilan raport kenaikan kelas 3 SMP, guru itu bilang, “saya itu bingung sama anak Ibu, padahal saya udah marah – marah dikelas ngomelin anak – anak !! eh si budi masih saja bisa senyum + maju kedepan menjawab soal”.

4.      Ketika SMA, yang saya pahami waktu itu adalah :

-          “Unik itu asyik asal gak ngusik”, karna waktu itu saya memelopori pemakaian Boxer + celana melorot + cukup handal di desain grafis, akhirnya saya sempat dijadikan salah satu trend centernya sekolah dalam hal berpakaian atau mode, karna itulah saya terkadang menjadi konsultan bagi teman seangkatan atau kakak seangkatan atau adik angkatan kalau mereka ingin membuat desain stiker/ kaos/ sweater/pin, dlsb. Sampai pada titik klimaks dimana saya cukup tersadar untuk merubah penampilan yang tadi akibat salah seorang guru mengatakan saya satu hal, beliau bilang: “kamu itu Bud, peraturan sekolah kok kamu injak – injak.”

-          “Benar ya Benar, salah ya salah”, sekolah ingin mengadakan study tour ke yogya dengan biaya diatas kewajarannya, semua siswa WAJIB ikut !!. dan betapa marahnya sang “panitia” waktu itu karna rencananya tersebut gagal total, artinya semua siswa kompak menolak, dan biang kerok yang membatalkannya adalah saya dan 4 teman saya dikelas (Bjo and the Gang). Sampai – sampai si “panitia” mengancam kami kalau nanti kami gak akan naik ke kelas 3, KAMI TIDAK TAKUT !!. awalnya kami mem-provokasi tentang kepincangan biaya, peserta , penginapan, makan, sejarah studi tour tahu lalu, dlsb ke teman sekelas, tetapi akhirnya itu provokasi nyerempet juga sampai kesemua kelas, akhirnya gak jadi deh semua ikut.

-          “Hormatilah orang yang pantas dihormati”, setelah Prahara Studi Tour, saya sadar, selama ini saya hanya mematuhi orang yang tidak patuh pada kejujuran yang diucapkannya sendiri, jadi waktu itu saya termasuk orang yang “Black List” dalam sekolah, dan kerjaan saya waktu itu hanya bertengkar dengan Guru à Kepala Sekolah, sampai – sampai salah satu jagoan disekolah heran dan bertanya ke saya” ‘Lu bandel apaan si Jo ? ngerokok engga, bolos enggak, tawuran engga, maen cewe engga, tapi Lu diomongin terus didepan kelas Gw sama “guru – guru”. Disekolah itupun hanya 2 Guru yang benar – benar saya hormati, why ?  karena apa yang diomongkannya sesuai dengan apa yang dilakukannya + mereka adalah orang yang paling menyadari “kenakalan” saya tersebut, dan konon katanya setiap rapat Guru berlangsung----Beliau ber-dua-lah yang selalu berani membela saya dengan alasan objektif.

5.      Ketika Kuliah, yang saya pahami adalah :

-          “Bukan siapa Orang Tuaku, tetapi “Siapa aku“---itulah yang terpenting”. Hal inilah yang membuat saya survive disaat Identitas Mahasiswa yang kian ditatap kian dangkal, saya berprinsip bahwa orang lain harus mengenal saya karena dominasi dari diri saya sendiri---bukan dominasi orang tua atau teman (Made in My Self). Ketika saya merasakan manis dan pahitnya dalam membangun Image Model tersebut, ketika itu pula saya akan merasakan kepuasan hakiki yang mungkin sudah menjadi barang langka bagi mayoritas kaum muda saat ini.

-          “Terhormatlah dimata wanita, maka kau akan terhormat dimata dunia”. Hal ini dapat saya pahami ketika saya selesai membaca buku yang berjudul La Tahzan For Muslimah karangan asma Nadia, dibuku itu saya membaca sebuah “bayangan” atas teks yang ada, dimana para Muslimah hakikatnya memiliki peran besar dalam menilai Muslimin sebagai lawan jenisnya, why ? karena mayoritas seorang Muslimah lebih mampu menilai lawan jenis dari hatinya, dan hatinya itulah yang memiliki kelembutan, ketulusan, dan ke-objektifan yang tidak dimiliki mayoritas Muslimin dalam menilai lawan jenis.




---Sekian---
--AFWAN--
Dikarenakan penulis tidak bisa menuangkan seluruh kisah pribadi dalam kesempatan yang seperti ini.













Baca SelengkapnyaSukses Tanpa Tahta