Social Icons

a

Minggu, 31 Maret 2013

Sesuatu Itu Cinta


SESUATU ITU CINTA

Hidup itu cinta, dan sudah menjadi kenyataan umum bahwa sebenarnya manusia itu sendiri tidak hanya disebut sebagai makhluk hidup tetapi juga makhluk cinta. Ya, makhluk cinta, karna ketika sang makhluk cinta ini bertebaran keseluruh lingkup kehidupan, maka tentunya dia akan memberikan hidup bagi kehidupan lainnya.

Tata surya itu cinta, dan sudah menjadi kenyataan umum bahwa sebenarnya tata surya itu sendiri tidak hanya disebut sebagai kumpulan dari benda – benda luar angkasa, tetapi juga merupakan sebuah kumpulan dari cinta – cinta luar angkasa. Ya, cinta – cinta luar angkasa, karna ketika cinta – cinta luar angkasa ini terpajang dalam bingkai sang cinta, mereka menjadi perwujudan dari simpul – simpul cinta-NYA pada semesta.

Bumi itu cinta, dan sudah menjadi kenyataan umum bahwa sebenarnya bumi itu sendiri tidak hanya disebut sebagai lapangan kehidupan, tetapi juga merupakan sebuah lapangan cinta bagi makhluk cinta yang mendiaminya. Ya, lapangan cinta, karna ketika lapangan cinta ini tercipta, maka ia akan menjadi penyaji bagi kebutuhan cinta seluruh makhluk cintanya, sampai tidak ada secuil pun kebutuhan cinta dari makhluk cinta itu sendiri yang tidak terpenuhi olehnya.

Indonesia itu cinta, dan sudah menjadi kenyataan umum bahwa sebenarnya Indonesia itu sendiri tidak hanya disebut sebagai bangsa dengan ratusan suku manusianya, tetapi juga merupakan sebuah bangsa dengan ratusan suku cintanya. Ya, ratusan suku cinta, karna ketika Indonesia memiliki ratusan suku cinta, ketika itu pulalah Indonesia mampu membuktikan kepada dunia bahwa dirinya pantas untuk menjadi kontributor besar dalam membagikan jatah cintanya bagi seluruh makhluk cinta yang ada di dunia.

Islam itu cinta, dan sudah menjadi kenyataan umum bahwa sebenarnya Islam itu sendiri tidak hanya disebut sebagai ajaran samawi tetapi juga disebut sebagai ajaran cinta. Ya, ajaran cinta, karna ketika sang ajaran cinta ini mengajari banyak makhluk – makhluk cinta lainnya, maka surga bukanlah lagi sesuatu hanya dapat diperoleh setelah makhluk cinta tersebut mati.

Dakwah itu cinta, dan sudah menjadi kenyataan umum bahwa sebenarnya dakwah itu sendiri tidak hanya disebut sebagai ajakan pada kebenaran, tetapi juga disebut sebagai satu misi pemberian cinta terhadap sesama. Ya, satu  misi pemberian cinta terhadap sesama, karna ketika hal ini dilakukan, maka tentunya dakwah akan terasa – terlihat – terkenang secara syahdu, dimana dakwah bertugas sebagai upaya pemetamorfosisan pandangan dan sikap hidup orang lain melalui kasih dan sayang yang diberikan.

Politik/hukum/sosial/budaya/ekonomi/pendidikan itu cinta, dan sudah menjadi kenyataan umum bahwa sebenarnya “mereka” itu sendiri tidak hanya disebut sebagai pengetahuan sosial tetapi juga pengetahuan cinta. Ya, pengetahuan cinta, karna ketika pengetahuan cinta itu dipelajari dan diamali oleh makhluk – makhluk cintanya, maka politik akan menjadi suatu upaya perebutan kekuasaan dengan jalan dan cara cinta-NYA, hukum akan menjadi suatu upaya penegakan keadilan dengan jalan dan cara cinta-NYA, budaya menjadi suatu upaya peng-ekspresian jiwa manusia dengan jalan dan cara cinta-NYA, ekonomi menjadi suatu upaya pemakmuran dan penyejahteraan sosial menurut jalan dan cara cinta-NYA, pendidikan menjadi suatu upaya pemetamorfosisan kecerdasan emosional – spiritual dan quotient sang murid melalui kasih dan sayang pengajaran yang diberikan oleh sang guru.


Terimakasih                                                                                                                       Sesuatu Itu Cinta
Baca SelengkapnyaSesuatu Itu Cinta

Rabu, 27 Maret 2013

Wanita Shalihah


WANITA SHALIHAH


Wanita Shalihah,,

Adalah keindahan hakiki bagi sang mata hati

Adalah kesejukan Qalbu yang menatap keimanannya

Adalah kehanyutan batin tatkala mendengar lantunan takwanya

Adalah menambah keimanan tatkala hati ditinggalkannya

Adalah menjadi ibu bagi pangeran peradaban

Adalah peneguh juang sang Adam

Adalah penebar kasih keluarga


Wanita Shalihah,,

Adalah bidadari teranggun yang diturunkann-NYA kebumi

Adalah pelangi kemanusiaan yang terlukis dalam kelembutan sikapnya

Adalah melodi ketenangan yang terpetik dalam kesantunan ucapannya

Adalah butiran embun bagi setiap dedaun pada pohon kehidupan

Adalah rintik hujan yang menyingsingkan panasnya perasaan

Adalah cahaya yang menghangatkan jalan hidup keluarga

Adalah selimut penghangat bagi permasalahan suami

Adalah ratu bagi kerajaan cinta keluarganya

Adalah peri bagi perjalanan buah hatinya

Adalah peracik cinta keluarga,


Wanita Shalihah,,

Karna hanya dia seorang,

 Yang bisa membuat para bidadari surga cemburu


Terimakasih                                                                                                                        Wanita Shalihah
Baca SelengkapnyaWanita Shalihah

Betapa Sang Cinta


BETAPA SANG CINTA,,


Mengubah seorang lawan menjadi kawan

Mengubah seorang pecundang menjadi pahlawan

Mengubah yang terjauh menjadi yang terdekat

Mengubah sang kuasa menjadi hamba

Mengubah yang renta menjadi muda

Mengubah penjajahan menjadi pembebasan

Mengubah yang telah hilang menjadi yang datang

Mengubah yang hidup menjadi yang lebih hidup

Mengubah yang hambar menjadi yang segar

Mengubah yang ampas menjadi emas

Mengubah duka menjadi canda

Itulah,,

Betapa Sang Cinta !!


Terimakasih                                                                                                                         Betapa Sang Cinta,,
Baca SelengkapnyaBetapa Sang Cinta

Episode Pembuangan


EPISODE PEMBUANGAN


Buanglah gurumu pada tempatnya

Buanglah rumahmu pada tempatnya

Buanglah jabatanmu pada tempatnya

Buanglah adik angkatanmu pada tempatnya

Buanglah teman seangkatanmu pada tenpatnya

Buanglah kakak angkatanmu pada tempatnya

Buanglah sobat juangmu pada tempatnya

Buanglah musuhmu pada tempatnya

Buanglah cintamu pada tempatnya

Buanglah kasihmu pada tempatnya

Buanglah sayangmu pada tempatnya

Buanglah senyummu pada tepatnya

Buanglah salammu pada tempatnya

Buanglah sapamu pada tempatnya

Buanglah uangmu pada tempatnya

Buanglah laparmu pada tempatnya

Buanglah hausmu pada tempatnya

Buanglah suaramu pada tempatnya

Buanglah darahmu pada tempatnya

Buanglah keringatmu pada tempatnya

Buanglah air matamu pada tempatnya

Buang,,

Buanglah apa yang pantas kau buang pada tempatnya !!


Terimakasih                                                                                                                        Episode Pembuangan
Baca SelengkapnyaEpisode Pembuangan

Kamis, 14 Maret 2013

Industri Politik


INDUSTRI POLITIK

Kupulih kau,
Jika kau bagus

Jangan berbuat salah,
Atau aku tak lagi memilihmu

Tak peduli shalatmu,
Tak peduli pakaianmu
Tak peduli hafalan Qur’anmu
Tak peduli pula sehitam apa keningmu

Pokoknya,
Kami ingin kau menuruti kami
Kami ingin kau tidak mengecewakan kami

Atau,
Kau tidak duduk lagi di kursi empuk itu

Kami adalah kami,
Kamu adalah kamu
Jadi siapa kamu tanpa kami
Tetapi adalah siapa kami, walau kami tanpa siapa kamu
Kami hanya perlu kenyang dan aman, itu saja


Terimakasih                                                                                                                         Indusri Politik
Baca SelengkapnyaIndustri Politik

Selasa, 12 Maret 2013

Herannya dan Herannya Lagi


HERAN DAN HERANNYA LAGI

Herannya,
Mayoritas manusia lebih mudah mengidamkan,
Atas apa yang ada diluar dirinya ketimbang
Apa yang seharusnya ada didalam dirinya sendiri

Herannya,
Mayoritas Rakyat lebih mudah kecewa,
Atas kesalahan atau dosa partai/presiden ketimbang
Apa yang dikecewakan bagi Kesalahan/dosanya sendiri

Herannya,
Mayoritas Pemuda lebih mudah menuntut,
Atas apa yang diwajibkan politikus ketimbang
Apa yang diwajibkan dirinya sendiri

Herannya,
Mayoritas pengamat lebih mudah meramalkan,
Atas apa yang diramalkan pada “ini – itu” ketimbang
Apa yang diramalkan bagi dirinya sendiri

Herannya,
Mayoritas media lebih mudah menayangkan,
Atas apa yang ter-kontrofersikan pada “orang lain” ketimbang
Apa yang ter-kontrofersikan dalam dirinya sendiri

Herannya,
Sudah Terlalu banyak,
Muka – muka jelek yang justru membelah cermin – cerminnya sendiri


Terimakasih                                                                                                                          Heran dan Herannya Lagi
Baca SelengkapnyaHerannya dan Herannya Lagi

Pak Blasius dan Perpus


PAK BLASIUS DAN PERPUS


Bismillah,,

Sebelumnya saya meminta maaf, kalau – kalau tulisan ini tidak membuat pembaca merasa mudah dalam memahaminya, tentulah bukan karena kesengajaan, tetapi sudah merupakan sebuah kelemahan pribadi yang Insyaallah tidak mengurangi pembahasan vital kali ini. Dan merupakan sebuah kehormatan bagi saya pabila pembaca mengirimkan sebuah masukan/ kritikan/ atau hal yang sejenisnya. Demikian, selamat membaca.

Mengenai hasil Kuliah Umum dengan Judul Perpustakaan Untuk Rakyat, yang juga dihadiri oleh seorang Pustakawan ternama, Bapak Blasius (11/03/2013) di theatrikal Perpus UIN SUKA, terus terang, sampai teks ini pun saya belum mendapatkan titik kepastian, apa  yang harus saya lakukan setelahnya ?, apa saya harus mengkritisi atau menambahi atau kalau perlu menafsiri ? entah, mungkin kalau anda  bertanya tentang mengapa saya serasa belum memiliki titik kepastian tersebut ? tentu tidak ada jawaban yang terlalu spesifik tentangnya, namun ada beberapa pertanyaan sekaligus menjelma dalam teriakan batin sosial yang selama ini (mungkin) hanya didengar oleh segelintir orang dan kini teriakan batin sosial tersebut mencoba keluar, kemudian menyapa “telinga” yang belum pernah dia temui atau pahami sebelumnya, Pustakawan dan Generasinya, antara lain :

1.           Bagaimana konsep diri seorang Pusakawan terbentuk ?, apa perlu dikatakan bahwa jawaban ini juga harus disesuaikan dengan: 1). Ruang dan waktu ? dan 2). Trouble dan challange nya ?. jika iya, tentu akan memerlukan “Kiblat” baginya, lalu dimana & seperti apakah gambaran “Kiblat” tersebut ?

2.      Apa "Amalan ter-Unggul atau Karya terbesar dalam hidup seorang Pustakawan ? Yang akan Pustakawan persembahkan bagi Tuhan, umat manusia dan alam sekitar secara garis besarnya ?

3.      Seberapa pantaskah seorang Pustakawan menjadi “big brother” bagi profesi lainnya ? terutama dalam menyelesaikan berbagai macam spesies permasalahan besar bagi Bangsanya sendiri, terlebih Dunia ?

4.      Pada saat seorang Pustakawan telah mencapai kesempurnaan/pemaksimalan pribadi dan sosialnya, maka hanya ada satu hal lagi yang ia perlu tanyakan, yakni dengan cara apa sehingga ia dapat bertahan selama keadaan itu sampai akhir hayat ?1

* * * * * * * * *
Tidak seperti biasanya, kali ini, setelah empat pertanyaan ter-potret secara jelas, seolah ke-alami-an tumbuh dan membuahkan empat bingkis keyakinan tulus penulis pada seorang Pustakawan dan Generasinya, empat keyakinan tersebut adalah : 

1.      Penulis yakin, empat pertanyaan diatas dapat menjadi sahabat sejati instropeksi diri seorang Pustakawan.

2.      Penulis yakin, empat pertanyaan diatas dapat menjadi “ilham” dasar dalam menyusun puzzle ke-profesiannya yang sebetulnya masih terserak. 

3.      Penulis yakin, empat pertanyaan diatas adalah empat pertanyaan yang memang pantas untuk dijadikan duta besar pertama dalam lingkup filosofis ke-Pustakawanannya kelak.

4.      Penulis yakin, empat pertanyaan diatas tidak menjadikan diri seorang Pustakawan merasa lebih kerdil daripada pertanyaan itu sendiri. Setidaknya, dengan bertamunya empat pertanyaan tersebut, maka diharapkan seorang pustakawan dapat lebih siap/ mantap untuk bersegera sadar – bangun – berlari  dan mengejar ketertinggalan kontribusi dari “orang lain”, hingga “orang lain” itu juga merasa senang, bahwa ternyata ada “orang selainnya” yang juga turut melakukan hal yang terbaik bagi perbaikan kehidupan sosial.

Huft,, oke, walau pada waktu kuliah umum tubuh saya tidak berada dalam ruangan, namun semaksimal mungkin saya akan memberikan yang terbaik dari apa yang kemarin berhasil saya rekam melalui HP, entah itu ide berupa penambahan – pengkritikan – atau penfsiran. Oh iya, disini saya akan membahas per-point dari apa yang sudah pelajari direkaman tersebut. Diantaranya :

1.      Konten besar daripada kuliah umum ini adalah “Perpustakaan Untuk Rakyat”, yang terinspirasi oleh buku ‘Tahta Untuk Rakyat”. Secara pribadi saya bersyukur atas pengadopsian “kata” yang ada dalam ranah (wilayah) sejarah – politik Indonesia keranah Perpustakaan, dan secara pribadi juga saya menghimbau agar pembaca tidak bersegera menyamakan “persepsi”, antara Rakyat bagi Tahta dan Rakyat bagi Pustakawan. Tentulah terdapat jurang yang walaupun tudak begitu dalam dan luas namun perlu kita jembatani, yakni posisi Rakyat bagi Tahta adalah orang biasa yang harus dilayani atau dalam arti lainnya Rakyat adalah bawahan2, dari sini kita dapat memiliki selintas gambaran, bahwa Tahta berposisi diatas Rakyat. Saya bertanya kepada pembaca, layak kah hal ini ditarik keranah Perpustakaan ? saya yakin, tidak semua rakyat bodoh atau tidak maniak informasi.

2.      Pak Blasius mengatakan: “Pustakawan jarang menulis, banyak pustakawan senior yang juga menolak menulis, begitu juga dengan mahasiswa IPI”. à kalau saya sinonim-kan, menulis = B.A.B. artinya, Pak Blasius hanya merekomendasikan peserta hanya untuk “B.A.B” tanpa memikirkan “makanan” yang seharusnya dimakan dan “proses Pencernaan” yang semestinya terjadi, sehingga “B.A.B” yang dihasilkan High – Quality atau gak “mencret”. Selain itu juga, Pak Blasius juga meng-klaim banyak Pustakawan yang gak mau”B.A.B”, sebenarnya setiap manusia bisa “B.A.B”, hanya saja tergantung kita memandang hal tersebut, apa secara sepotong – sepotong atau Utuh ? kalau sepotong – potong ya otomatis kita hanya Cuma tahu si pelaku gak mau “B.A.B”, tetapi kalau kita mengetahui secara utuh objeknya, tentunya kita gak sembarangan atau malah secara bijak mengetahui “asbabunnuzul” kenapa si objek gak mau “B.A.B”. ini PR pertama kita ?
                               
3.      Pak Blasius berkata : “persepsi setiap generasi IPI tentang Perpus itu berbeda-beda, kita harus mencetak manusia-manusia IPI yang hebat-pekerja-mengajar, terutama yang masih muda, karena tafsir masa depan Perpus nantinya akan berbeda”. Dari apa yang telah saya garis bawahi, tanggapan saya mengena asumsi yang satu ini terbagi atas beberapa bagian, antara lain :
a.       “persepsi”, memang setiap individu atau suatu golongan memiliki “asumsi” yang berbeda – beda, bahkan tidak jarang kalau sebenarnya mereka hidup menurut asumsi masing – masing.
b.      “berbeda – beda”, kita tentunya sudah paham, perbedaan merupakan sebuah rahmat dari-NYA, tetapi itu hanya diperbolehkan dalam alam pikiran, bukan alam perjuangan. Ingat semboyan Bangsa “Berbeda – beda tetap satu jua
c.       kita harus mencetak manusia – manusia IPI yang hebat – pekerja – mengajar...”, terkait hal ini, saya sebenarnya sangat menyayangkan, karena disini kita hanya mengharapkan sebuah “kondisi ideal”, kita harus sadar penuh, bahwa Kafilah Pustakawan adalah kafilah yang masih sakit, kita butuh langkah realistis, yakni sebuah langkah dimana kita dapat berpikir untuk menciptakan “kondisi efektif”, adapun syarat – syarat yang harus kita punya agar memiliki “kondisi efektif” tersebut: 1). Ikatan keyakinan dan semangat kebersamaan juang, bukan kepentingan 2). Jamaah itu sarana, bukan tujuan 3). Aktor terdepannya adalah Sistem, bukan tokoh 4). Pe-metamorfosisan kader, bukan pemanfaatan 5). Mengelola perbedaan,  bukan mematikannya2. Lagi – lagi ini PR buat kita.
d.      “...karena tafsir masa depan Perpus nantinya akan berbeda...”. saya menyarankan kepada para pembaca tulisan ini untuk tidak mentah – mentah menelan pernyataan tersebut, saya khawatir, dengan pernyataan tersebut kita justru dengan mudahnya membuang “narasi” perpustakaan yang pernah ada sebelumnya, ibarat dalam hal “mesin sosial”, barang lama akan tersingkir dengan barang baru. Ini tidak melulu berlaku dalam seluruh ruang dan waktu. Kita tahu, setelah lampu berhasil ditemukan orang – orang mengatakan kita takkan lagi memerlukan lilin, tapi ternyata lihat hasilnya sekarang ? terlebih. Sesuatu yang “antik” terkadang lebih berharga daripada barang ter-update sekalipun. Memang betul kalaulah Perpustakaan adalah organisasi berkembang, karena target, pencapaian hasil, kebutuhan dan fungsi perpus sendirinya akan ikut berkembang, jadi sebenarnya tidak salah jika nantinya akan terjadi perkembangan “tafsir”, namun tak baik juga bagi kita untuk serta merta membuang “narasi” atau sejarah “tafsir perpus” itu sendiri. Apapun itu, akan menjadi sesuatu yang banget kalaulah paham akar sejarahnya.

4.      Mr. Blasius say : “...Pustakawan itu ekuivalen dengan budayawan atau orang yang berpengatahuan...”. saya yakin, ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita setidaknya paham kalau Pustakawan itu sendiri belum memiliki “sejarah” yang kuat dan utuh dimana “orang lain” dapat merasakan dan mengambil pelajaran tentang hal – hal besar apa saja yang sudah pustakawan lakukan dulunya. Sekali lagi lagi, kita belum memiliki “sejarah” kontribusi yang sepadan dengan “orang lain” tersebut.

5.      Mr. Blasius say : “...sekolah-sekolah perpustakaan itu salah satu solusi besar dalam menciptakan generasi berpengatahuan...”. kalau kita telusur secara sederhana, maka “goal” dari pustakawa dan perpus itu sendiri berupa “kecerdasan sosial”, ini tidak salah, hanya saja kita harus berani memperbaikinya agar “goal” tersebut terlihat utuh. Begini, karena sila pertama kita Ketuhanan Yang Maha Esa, maka “kecerdasan sosial” itu bukan sebuah tujuan, tetapi alat agar rakyat lebih dekat pada hidayah-NYA. Kalau tujuannya hanya mencerdaskan kehidupan sosial, maka apa bedanya kita sama jepang yang masyarakatnya cerdas – cerdas tetapi banyak kasus bunuh diri, atau apa bedanya kita sama amerika yang masyarakatnya juga cerdas tetapi tingkat kekerasan, pembunuhan, dlsb belum tertangani secara maksimal3. Cerdas adalah salah satu alat yang harus pustakawan berikan agar masyarakat lebih dekat pada hidayah-NYA. Nambah deh PR kita

6.      Mr. Blasius principle : (yang digaris bawahi adalah tambahan dari saya)
a.       Pustakawan harus diajar berpikir kritis – namun tidak sinis
b.      Gemar Membaca, tidak hanya teks – tetapi juga dilanjutkan dengan gemar memahami – mengajari. (baca Piramida Pembaca)
c.       Menulis (Dihargai secara Karya)
d.      Kemampuan Enterprenuer (dhargai secara Finansial)
e.       Etika (dihargai secara layanan)

Saya kira ini cukup mewakili apa – apa yang menjadi bahan perenungan “implisit” bagi Pustakawan sekarang dan esok, walau saya sendiri memiliki keyakinan yang tipis kalau pembaca membutuhkan upaya keras dan cerdas dalam memahami teks ini secara utuh.

Sumber inspirasi :

1.      Diambil dari Buku “Delapan Mata Air Kecemerlangan”: Anis Matta
2.      Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline 1.2
3.      Diambil dari Buku "Dari Gerakan ke Negara": Anis Matta
4.      Diambil dari Taujih Ust Hilmi Aminuddin yang berjudul “Keterpaduan Langkah Dakwah”. Sumber : http://www.al-intima.com/taujih-hilmi-aminuddin/jangan-lupakan-target-akhir-dakwah-kita

Bekerja keras tentulah lain dengan bekerja cerdas, hidup penuh semangat tentulah berbeda dengan hidup penuh semangat + strategi, dua hal yang dapat dikuasai seorang Pustakawan, pikirannya dan apa yang dilakukannya.

Terimakasih                                                                                                                              
Pak Blasius dan Perpus
Baca SelengkapnyaPak Blasius dan Perpus