Social Icons

a

Senin, 27 Mei 2013

Pustakawan dan Iqra


PUSTAKAWAN DAN ‘IQRA


‘Iqra ?, selama dan sejauh ini saya menangkap, bahwa masih terlalu standard bagi kita, khususnya seorang yang menjadi calon maupun yang kini telah menjadi Pustakawan – untuk memberikan arti bagi kata ‘Iqra. Terlalu banyak diantara kita untuk mengartikan secara Final apa itu ‘Iqra, sehingga kita mentok pada kata BACALAH !! – tanpa perlu mengembangkannya lebih luas, padahal kalaulah ditelisik lebih menjauh dan objektif, maka kita dapat mengupasnya menjadi beberapa point emas dan itu Insyaallah sangat Signifikan dalam memicu Adrenalin Kedewasaan kita sebagai Pustakawan dalam membangun Alam Fikir ke-Informasi-an ini. Pada dasarnya, Iqra mengandung arti menghimpun {informasi, data, pengetahuan, dan wawasan}, meneliti, memahami, menganalisis, membaca, dan memaknai, maka dari pengertian dasarnya itu pula saya sedikit menafsirkannya sebagaimana beberapa point dibawah ini, diantaranya :

      1. ‘Iqra = Menancapkan pandangan hidup terhadap apa yang dibaca

Kalaulah kita ingin melihat tauladan dari orang yang mengamalkan hal ini, maka kita sudah mengenalnya, orang itu adalah Bung Karno, sampai – sampai Beliau mengisyaratkan hal ini dengan kata – katanya: “Buku-buku menjadi temanku. Seluruh waktu kupergunakan untuk membaca. Sementara yang lain bermain-main, aku belajar. Secara mental aku berbicara dengan Thomas Jefferson, George Washington, Paul Revere, Abraham Lincoln. Aku ingin berlomba dengan pahlawan-pahlawan Amerika tersebut” (Soekarno: Soekarno Penyambung Lidah Rakyat: hlm 32)


      2. ‘Iqra = Memiliki dua ruang lingkup, antara lain:

a.       Ruang lingkup Biologis, seperti Mata dan telinga (Wilayah Kulit)

b.      Ruang lingkup Ruhanis, seperti Hati dan pikiran (Wilayah Isi)


Kedua point ini tidak dapat dipisahkan, karena sifat dari keduanya saling melengkapi, dan kita tidak terlalu mempersoalkan bagaimana cara kita menggabungkan antara keduanya karna saya yakin pembaca memiliki kecerdasan berpikir lebih daripada saya, Contoh dari hal inipun masih dapat kita temukan pada cara Bung Karno dalam merenungkan Bahan Bacaannya, Beliau berkata: “... didalam dunia pemikiranku akupun berbicara dengan Gladstone dari Britania, ditambah dengan Sidney dan Beatrice Webb yang mendirikan gagasan buruh Inggris aku berhadapn dengan Mazzini, Cavour dan Garibaldi dari Italia. Aku berhadapan dengan Otto Bauer dan Adler dari Austria. Aku berhadapan dengan Karl Marx, Fredrich Engels dan Lenin dari Rusia dan aku mengobrol dengan Jacques Rousseau' Artistide Briand' dan Jean Jaures ahli pidato tebesar dalam sejarah Francis. aku meneguk semua cerita ini” (Soekarno: Soekarno Penyambung Lidah Rakyat: hlm 32)


      3. ‘Iqra = Memiliki skala pembelajaran yang universal, artinya objek yang kita ‘Iqra kan bermacam – macam, seperti:

a.       Kenyataan Hidup Alam (Hikmah atau pelajaran atas wujud & sifat Alam; hewan, kendaraan, tumbuhan, gelas, gunung, air, bintang, dlsb)

b.      Kenyataan Hidup Manusia sebagai Buku yang Berjalan, baik personal maupun komunal, karna Gelar Muhammad SAW selain al-Amin juga sebagai “al-Qur’an yang Berjalan”, dan kita sebagai Umat Beliau SAW harus meneladaninya dengan menjadikan pribadi sebagai “Kitab yang Berjalan”, sebuah Kitab (pribadi) yang penuh makna dan nilai sehingga banyak orang yang bahagia pabila “membaca” kita.

c.       Kenyataan Hidup Sebab – akibat (Peristiwa – peristiwa Bumi yang digerakkan oleh manusia itu sendiri + akibat yang ditimbulkannya), perlulah bagi kita sesekali atau kalau bisa se-sering kali mempertanyakan dan mendiskusikan pada diri, “Akan dibawa kemanakah  zaman ini oleh Peristiwa – peristiwa yang tengah terjadi ?


      4. ‘Iqra = Karna kita hidup di Era Informasi, maka ‘Iqra memiliki sinonim makna berupa Perintah Tegas dari-NYA yang memiliki ragam bunyi:

a.       Jadilah Umat yang Informatif”, kita tentunya tidak mencukupkan diri pada hal yang bersifat Informatif saja, tetapi juga perlu ditambahkan sebuah “anak” dari ‘Iqra yang menjadi “Ibu” dalam “Kata” , yakni Informatif – Objektif – Positif (hal yang Negatif secukupnya).

b.      Jadilah Umat Pembelajar”, artinya kita SANGAT DIREKOMENDASIKAN oleh-NYA untuk menjadi Umat yang mempelajari – apapun itu – dimanapun – kapanpun – oleh siapapun – dan jangan pernah berhenti mempelajarinya demi kemaslahatan Umat Manusia, termasuk mempelajari hal terkecil atau yang biasa kita anggap sepele.

So ? hanya itu yang saya pahami dan yang dapat saya share ke pembaca, mudah – mudahan teks ini memberi Inspirasi bagi Kedewasaan Alam Fikir kita, khususnya Pustakawan, dalam menyelami kedalaman sebuah “Kata”, karna sebaik – baik sebuah “Kata” adalah “Kata” yang memiliki Makna. Terlebih, kata Iqra (membaca) ini adalah kata perintah PERTAMA didalam kitab Suci al-Qur'an dan Hanya Islam satu-satunya Agama di Dunia ini yang perintah pertamanya adalah MEMBACA (Q.S al-Alaq[96]:1) ^_^


Terimakasih                                                                                                               Pustakawan Dan’Iqra

1 komentar: