_____
Senin, 27 Mei 2013
Bilal Society
BILAL SOCIETY
Masih ingat dengan kisah Bilal, sahabat Rasulullah
SAW yang disiksa sedemikian pedihnya ? namun
siksaan atas Sahabat tersebut justru mengangkat martabat dirinya, dan tidak
henti – hentinya Bilal mengucapkan: “Ahad
... Ahad!” ketika siksaan semakin menjadi – jadi. Kalau kita sedikit
renungkan, Ucapan Bilal adalah ucapan jiwa atau suara jiwa yang telah
terbebaskan dari belitan naluri, sesudah akidah menguasai dirinya. Dalam
kondisi ini. Bilal terbebaskan dari ikatan hukum alam yang secara fitri
terdapat pada dirinya, kemudian Bilal menundukkan eksistensinya secara total
dibawh tuntutan – tuntutan spiritual yang dibentuk oleh pemikiran keagamaan
dalam dirinya. Dalam kondisi yang baru ini Bilal menggunakan kehidupannya sejalan
dengan hukum – hukum spritual.
Berdasarkan proses kerja yang terkondisi tadi, bukanlah
berarti Bilal melenyapkan nalurinya, tetapi mengaturnya dalam hubungan
fungsional dengan tuntutan – tuntutan pemikiran keagamaan. Kehidupan hewani
yang diperlihatkan oleh naluri dalam bentuknya yang kasat mata, tidak dibarkan
begitu saja melainkan diatur dengan
kaidah – kaidah sistem tertentu, yakni Kekuatan Spiritual yang berbasis
ke-Ilahi-an.
Em ... sebenarnya berbagai hal “tadi” yang baru
terbahaskan gak hanya terjadi atau termanifestasi pada Bilal saja sebagai lingkup
personal, tetapi bisa juga terjadi dalam lingkup Masyarakat, khususnya
masyarakat yang penduduk mayoritasnya ber-KTP Islam sebagai Komunal, artinya,
kondisi antara Bilal (sebagai personal) dengan kondisi masyarakat sebagai
komunal) itu bisa saja terjadi persamaan.
Anggaplah sekarang ini Masyarakat kita sedang
dijajah atau disiksa oleh penjajah kelas kakap sehingga kita belum berdaya
melawannya (meski nyiksanya secara halus), dan kalaulah kita sebagai Masyarakat
(komunal) diatur oleh kaidah – kaidah sistem tertentu sebagaimana yang telah
dilakukan oleh atau dibuktikan dalam tekad Bilal – meskipun kita disiksa dengan
berbagai macam siksaan si penjajah – maka kita sebagai masyarakat juga sanggup
meneriakkan dengan lantang: “Ahad ...
Ahad!” sebagaimana yang telah Bilal lakukan.
So ?
Jika kita ingin menjadi masyarakat yang bermartabat
tinggi, dan menjadi masyarakat vital penopang Peradaban, ya mau nggak mau
(salah satu caranya) kita sebagai masyarakat harus memiliki mental spritual
layaknya Bilal, apapun jenis dan lamanya penindasan yang kita terima, baik yang
bersifat keras maupun lunak tetap kita teriak dan tekadkan: ”Ahad ... Ahad!”, biar kita punya luang
kehidupan yang jauh lebih lama – yang akan melahirkan dan membawa Tauladan Kehidupan
atau Nilai Heroisme kepada anak dan cucu kita nantinya.
_____
_____
Terimakasih Bilal
Society
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar