Social Icons

a

Senin, 25 Februari 2013

Sketsa Pustakawan


SKETSA PUSTAKAWAN

Selama ini saya optimis dan yakin, menganggap Profesi dan Fungsi Pustakawan sebenarnya tidaklah kalah dengan mereka – mereka yang sudah menjadi Negarawan, Budayawan, Jutawan, Ilmuwan, Agamawan,  dan berbagai Profesi – Fungsi bergengsi lainnya, kalau ditanya sebab ke-optimisan dan keyakinan saya ini, maka jawabannya mungkin tidak terlalu dikenal oleh massal, karena bagi saya pribadi ––– seorang  Pustakawan adalah seorang Inspirator ke-Ilmuan Sosial ––– juga tidak bermaksud saya berlebihan jika seorang Pustakawan dapat diibaratkan sebagai Pintunya Ilmu – Pengetahuan, dia juga menjadi titik tengah dalam menumpu literatur informasi yang ada, ibarat sebuah neraca maka dialah juga yang akan menjadi tubuh  keadilan – ketegasan – dan keobjektifan tentang mana – mana informasi yang relevan dengan kebutuhan vital sosial, oleh karnanya lah hakikat tugas seorang Pustakawan itu sendiri sederhana namun juga mengandung unsur Nilai ke-Agungan peran, yakni Menginspirasi Kehidupan Sosial Untuk Kembali Ber-Ilmu menurut aturan-NYA.

Kita tidak lupa dengan rumus aksioma, dimana input menentukan output, ilmu menentukan tindakan, informasi menentukan hidup dan geraknya kehidupan, jadi dapat kita tarik benang merahnya bahwa Ketika Pustakawan mampu ––– terbukti secara kuat dalam Menginspirasi Kehidupan Sosial Untuk Dapat Kembali Ber-Ilmu maka “Output” nya pun akan Luar biasa hebatnya, bahkan tidak kalah dengan batalion Tentara Perang tekuat dan terhebat yang pernah ada sebelumnya, untuk itulah, kita harus menyadari secara utuh, bahwa salah satu Aktor Besar bagi Pencerdasan Kehidupan Bangsa ini adalah Pustakawan, sayangnya, mayoritas dari Pustakawan yang saya lihat/tahu, mereka terlalu sungkan untuk bersatu, terlalu lama berdiam dikandang pemikiran dan ide masing – masing, seolah potensi dari masing – masing mereka tidak terakumulasi secara maksimal, mereka tidak melihat bahwa sebenarnya terdapat lapangan luas nan hijau, dimana dilapangan itu mereka semua dapat bekerja bersama – sama, kemudian merakit kerja – kerja kecil tersebut secara berkesinambungan ––– menjadikannya sebuah Perbukitan Karya Monumental –––  memahatnya menjadi satu Istana Besar nan Megah bagi Bangsa dan Negara ini, dan Istana itulah yang kelak akan mereka namakan sebagai Masyarakat Madani.

Tentunya bukan menjadi hal yang rumit atau aneh bagi seorang Pustakawan jika ia bersungguh – sungguh mau merevolusi dirinya sendiri, sehingga ia menjadi Frofesi yang Unik, yang berbeda dari yang lainnya, yang berani meninggalkan cara juang Konvensionalnya, yang percaya diri akan fungsi sosialnya dalam melihat apa yang tidak dilihat oleh orang umumnya, dalam mendengar apa yang tidak didengar oleh orang umumnya, dalam merasa apa yang tidak dirasa oleh orang umumnya, dalam memiikir apa yang tidak dipikirkan oleh orang umumnya, dalam mengerjakan apa yang tidak dikerjakan oleh orang umumnya, singkatnya, Pustakawan harus Stand Alone, harus berani “menyendiri” agar BERBEDA dari yang lainnya, agar Pustakawan memahami cara berpikir “orang lain” tersebut tetapi “orang lain” tersebut tidak memahami cara berpikir Pustakawan, agar sejarah Pustakawan itu sendiri ditentukan oleh dirinya sendiri ––– bukan ditentukan oleh “orang lain”. Dia juga harus berani dan bijak dalam memandang segala sesuatunya dengan cara terbalik – tidak kaku – tidak ortodoks, dia harus menjadi bunglon keilmuan dan kebudayaan bagi lingkungannya, dia harus memiliki pemahaman yang meghujam kuat kedalam jiwanya dalam memahami akar dan sejarah permasalahan Bangsanya, kinerjanya harus senasab dengan aturan-NYA melalui peneropongan strategi juang para utusan-NYA terdahulu, dan pabila dia membuat atau ikut bergabung kesebuah organisasi maka misnya adalah menjadikan Organisasi tersebut sebagai sarana Kafilah Perubahan Hakiki bagi Bangsa ini. Mungkin ini terlalu manis atau terlalu kasar untuk ditelan hingga sampai kelambung perjuangan, namun inilah pajak bagi seorang Pustakawan ketika ia sadar  sesadar- sadarnya, bahwa yang berada dalam genggaman “tangannya” adalah  INFORMASI, dan sarana besar yang saat ini menentukan pertumbuhan atau keruntuhan sebuah bangsa adalah Informasi, dan sebaik – baik informasi adalah informasi yang “digenggam” oleh Sang ahli nan bijak, Pustakawan, Insyaallah.

Saya yakin, kebanyakan Pustakawan sadar secara penuh untuk tidak segera berpuas diri, kalaulah darah, keringat dan air mata yang mereka tumpahkan sejauh ini – bagi Bangsa ini belum atau tidak lebih dari setetes, terlalu banyak dan rumit permasalahan Bangsa – Dunia ini untuk dihadapi seorang Pustakawan, untuk itulah seorang Pustakawan juga harus sadar bahwa mereka tidak dapat berjuang sendiri dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, mereka harus sadar disamping mereka bekerja ternyata ada juga yang bekerja disamping mereka, di Ilmu Perpustakaan dan Informasi banyak Inspirator Kecerdasan sosial, tetapi di Disiplin Ilmu lainnya pun juga banyak Inspirator Kecerdasan sosial.

Bangkitlah Pustakwanku !!
Harapan-mu dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa ini tentulah masih ada,

Terimakasih                                                                                                                          Sketsa Pustakawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar