Minggu, 03 Februari 2013
Pustakawan Transformatif
LAGI,
PUSTAKAWAN TRANSFORMATIF !!
Pustakawan yang sejati
Bagi Gue bisa diibaratkan sebagai Ulama, sementara Ulama adalah ahli waris misi
dan fungsi kerasulan (HR Ahmad). Para rasul sejatinya membawa misi transformasi
sosial yang dijiwai oleh nilai Tauhid, " ...seorang
Rasul yang mengajarkan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan
(bermacam-macam sistem kehidupan) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang
beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman
kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya
ke dalamkehidupan hasanah layaknya surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah
memberikan rezki yang baik kepadanya. (Q.S ath-Thalaaq{65}:
11)
Maka, dalam rangka mengemban misi
para rasul, sudah selayaknya Pustakawan harus betul-betul meng-amalkan fungsi keRasulan
bagi umat manusia seperti termaktub dalam firman Allah SWT, "Wahai Nabi,
sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya,
dan untuk jadi cahaya yang menerangi." (al-Ahzab [33]: 45-46).
Ikhtiar seorang
Pustakawan dalam mewujudkan perubahan dan perbaikan di tengah umat setidaknya harus
melakukan langkah berikut.
Pertama, saat
mendiagnosis kondisi umat, Pustakawan harus objektif, jujur, dan berbasis ilmu
yang kuat, berdasar fakta dan data riil, dan tidak boleh ceroboh. Agaknya,
inilah yang disasar dengan fungsi syar’i dan. Kedua, optimistis dan proaktif
(mubassyiran); hampir dipastikan Pustakawan akan menghadapi kondisi yang
paradoks antara makruf dan mungkar. Optimisme harus dikedepankan daripada
pesimisme, sebab perbaikan adalah proses berkesinambungan, bukan suatu yang instan
apalagi paksaan.
Setiap Pustakawan tidak
memulai dari nol, tapi sudah ada realitas di hadapannya; ada kondisi baik dan
kondisi buruk. Upayakan jangan menuding masyarakat semuanya salah dan
tergesa-gesa menuntut perubahan total dengan cara ekstrem.
Ketiga, saat meluruskan
kekeliruan (nadziran) Pstakawan harus
lembut dan bijak serta berempati.Tidak menuding "Kalian salah!" tapi
pakailah kata-kata "Kita sedang menghadapi masalah ini dan lainnya".
Pustakawan mesti
menempatkan dirinya bagian dari umat, bukannya merasa di atas mereka. Ia sebisa
mungkin tidak suka menyalahkan kondisi. Dalam kepalanya hanya ada teori
konspirasi! Lebih bijak jika ulama dai mengatakan, "Kita pernah mencoba
ideologi ini dan itu, tapi selalu gagal. Ayo kita coba terapi Islam, sebab ia
akan membawa kebaikan!" Dalam konteks ini, kritik harus datang dari orang
yang kompeten di bidangnya. Kritik tukang becak terhadap sistem ekonomi yang
salah tak akan digubris oleh otori tas. Lain hal jika yang melontarkannya
adalah profesor ekonomi yang soleh. Keempat, mampu menawarkan solusi alternatif
(da'iyan ilallah) dari wahyu ilahi secara gradual dan lembut agar umat dapat
melewati jurang antara idealitas Islam dan realitas yang buruk dengan selamat
tanpa gejolak.
Kelima, sosok Pustakawan
harus menjadi teladan yang inspiratif bagi umat (sirajan muniran). Nilai-nilai
Islam harus sukses ditransformasikan ke dalam diri dan keluarganya. Keteladanan
amat efektif dalam mengubah umat, sebab satu contoh lebih baik dari seribu
ceramah. Wallahu a'lam.
Terimakasih Lagi, Pustakawan Transformatif
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar