Social Icons

a

Minggu, 03 Maret 2013

Sketsa Pustakawan#2


SKETSA PUSTAKAWAN#2


Bismillah,,

Mudah – mudahan apa yang tercurah kali ini dapat memberi suplement bagi kita, yakni sebuah simpul manis dalam menggoda ke-optimisan/kemantapan kita sebagai calon atau seorang atau mantan Pustakawan. Karena sejatinya, kita tidak boleh puas dengan yang mungkin sudah kita perbuat sejauh ini, dan karna itulah kita patut merasa, kalaulah Dunia Perpustakaan saat ini masih sesuatu yang dapat dianalogikan sebuah laut tanpa ombak, sebuah madu tanpa manis, sebuah bunga tanpa mekar, sebuah matahari tanpa sinar, sebuah bintang tanpa kemerlap, sebuah mata tanpa pengelihatan, aduhai ironis sekali.

Kita wajib memiliki satu pondasi dasar yang nantinya akan menjadi Patokan kuat dalam memperkuat dan mempertegak kinerja sosial seorang Pustakawan, yakni Perpustakaan Sebagai Organisasi Berkembang, Perpustakaan sebagai Instrumen Besar Kecerdasan Bangsanya – Dunia, Perpustakaan sebagai Laboratorium Kecerdasan Sosial, walau kata kuncinya hanya sebuah “kecerdasan”, namun kita patut camkan, karena dengan kecerdasan lah yang akan membawa kehidupan sosial untuk lebih dekat dengan hidayah-NYA, ini berarti pula bahwa seorang pustakawan juga tidak hanya PANDAI meng-“Update”-kan diri atas wilayah kontribusinya tetapi juga men-“shaleh”-kan kinerja sosialnya, memiliki kapasitas ke-pribadian dan peran yang selalu ber-metamorfosis sesuai dengan kebutuhan vital masyarakat pengguna, memiliki narasi (gagasan) kuat untuk merangkul dan mengangkat semua jawaban atas berbagi pertanyaan sosial, Ingat !!. dari sini, tak ada waktu lagi untuk sungkan meng-“install” ide – ide segar yang masih berserakan disekitarnya (peka).

Dikesempatan sebelumnya (Lihat Skema Pustakawan), kita diberikan selintas gambaran pribadi terkait apa – apa saja (secara implisit) yang harus Pustakawan bisa. Namun Insyaallah, kesempatan kali ini kita akan se-efektif dan se-efisien mungkin mengupas syarat apa – apa saja (secara eksplisit) yang harus Pustakawan bisa/kuasai, hingga harapannya Pustakawan “memaksakan” diri untuk dapat memiliki “Output” – kontribusi yang khas dari kontribusi “orang umumnya”, antara lain :

1.      Berusaha semaksimal mungkin untuk selalu Menerjemahkan kejadian dalam banyak perspektif, dalam banyak warna, dalam banyak sudut pandang.

2.      Setidaknya, seorang Pustakawan juga memiliki Kharisma Kecerdasan di lingkungan atau tempat ia berjuang.
3.      Menjadi “buku” yang berjalan, biarkanlah diri seorang Pustakawan menjadi “bahan bacaan” bagi orang yang ingin mem-”bacanya”. Untuk itulah, lembaran harian pustakawan mestilah tercatatkan oleh hal – hal yang menjadi penunjang peran – fungsi sosialnya. Artinya tidak ada hal – hal sepele/kecil yang diizinkan tertulis dalam lembaran hidupnya kecuali hal – hal besar dan penting.

4.      Memiliki ide atau kecerdasan yang melampaui zamannya adalah Impian Langka yang tidak semua Manusia memikirkannya, apalagi memilikinya, dan hal seperti inilah yang harus menjadi PR besar bagi Pustakawan itu sendiri.

5.     Kecerdasan adalah KEBUDAYAAN yang harus dimiliki seorang Pustakawan yang juga harus di”pamerkan” atau dipertontonkan kepada masyarakat.

6.      Jauh Memiliki semangat dan mental memberi daripada menerima – meminta – apalagi menuntut.

7.      Betapa bijak nasihat KH Ahmad Dahlan kepada warga Muhammadiyah; "Hidup-hidupkanlah Muhammadiyah, dan jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah". Begitu juga dengan Pustakawan, “Hidup – hidupkanlah Perpustakaan, dan jangan mencari hidup dalam Perpustakaan”. Artinya, berpikirlah tentang apa yang kau berikan atau korbankan untuk perpustakaan, bukan apa yang kau dapatkan dari perpustakaan.

8.      Berorientasi pada Karya, bukan posisi. Jebakan terbesar yang dapat menjerumuskan Pustakawan dalam Lembaga Kecerdasan Sosial ini adalah posisi struktural. Perpustakaan hanyalah wadah bagi seorang Pustakawan untuk berkontribusi. Maka Pustakawan harus selalu berorientasi pada amal dan karya yang menjadi tujuan utama Pustakawan berjama'ah.

9.      Bekerjasama walaupun skill dan kelemahan/kelebihan masing – masing pribadi berbeda – beda. Dan,

10.  Melihat sesuatu/Informasi secara utuh, contohnya "susu": kita dapat melihatnya kalau disitu ada manfaat kesehatannya, ternak, peternak, manajemen produksi, Hadits terkait, pekerja yang terserap, dlsb

The Leader is a Reader
(Jim Rohn)

Sumber inpirasi : Ust Anis Matta; Beramal Islami di Dalam dan Melalui Jama'ah


Terimakasih                                                                                                                          Sketsa Pustakawan#2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar