Social Icons

a

Minggu, 10 Maret 2013

Ketulusan Dalam Kesederhanaan


KETULUSAN DALAM KESEDERHANAAN

Perempuan tua itu tampak termenung. Dia sedang menunggui kios bensinnya yang sepi, ketika seorang pemuda keren dan trendi menghampiri sambil menuntun motornya. Setelah bercakap – cakap sejenak, si ibu mengambil jerigen bensinnya dan mengisi tanki motor pemuda itu. Gratis !! Tanpa Bayar !!

Di Fragmen lain, seorang sopir delman memarkir delmannya dipinggir jalan dan melompat turun. Dengan sigap, dia memanjat pohon tempat dua buah balon tersangkut, lalu ia mengambil balon tersebut. Seorang nenek dan cucunya yang tidak ia kenal sama sekali menunggunya dibawah.

Anda mungkin seperti pernah melihat fragmen tersebut ? mungkin saja, karena cerita tersebut saya ambil dari tayangan sebuah Reality Show disalah satu stasiun televisi. Saat menonton fragmen yang pertama, saya dan temen nonton saya pun berandai – andai, apa kira – kira yang akan kami lakukan jika berada dalam posisi perempuan tua. Mungkin kami akan memandangi si pemuda keren dari atas sampai bawah, kemudian bertanya, “kok bisa cowok sekeren ini tidak punya uang ?”

Jika dia menjawab lupa, mungkin kami kembali beralasan, “Kalo lupa tidak bawa uang, cari akal donk supaya bisa tetep beli bensin. Jual sepatu kek atau apa !!.

Setelah itu, kami berdua tertawa getir, menertawakan diri sendiri. Kami memproklamasikan diri sebagai muslimah kafah, yang “semestinya” lebih baik dari orang kebanyakan. Akan tetapi, ternyata “kelebihan” yang kami miliki tidak membuat kami lebih tulus. Paradigma dan ilmu yang ada membuat kamu melakukan penyaringan, bukan hanya terhadap keburukan, melainkan ketika hendak melakukan kebaikan. Kami akan melihat dulu alasannya untuk apa dan mengapa kami harus atau tidak harus melakukan sesuatu, bahkan ketika sesuatu itu adalah menolong orang lain yang tampak sedang dalam kesulitan.

Lantas ? tidak selalu salah mengambil keputusan berbuat baik untuk orang lain pada alasan tertentu, tetapi fragmen diatas itu memberi banyak pelajaran bahwa menolong orang lain terkadang tidak perlu bertanya, “Mengapa mesti menolong ?”

Seorang nenek berjualan durian yang jumlahnya hanya beberapa buah dipinggir jalan. Kemudian, seorang bapak sengan pakaian guru menawar, hendak membeli duriannya, dan mengaku hanya memiliki uang lima ribu. Sementara itu, harga durian tersebut puluhan ribu. Dengan ringan, nenek itu melepas benda jualannya, bahkan memberikan yang terbaik kepada si bapak. Padahal, durian itu adalah satu – satunya sarana ia mengais rezeki dengan modal cukup besar dan untung yang tidak seberapa.

Seorang kakek tua pengayuh becak dengan senang hati mengantar perempuan hamil tua kerumah sakit tanpa dibayar. Padahal, jalanan menanjak dan jarak yang ditempuh cukup jauh.

Seorang...

....dan fragmen – fragmen lain pun tertayang, memberikan pelajaran berharga bagi siapapun yang berkehendak mengambilnya. Rabbi,, saya jadi ingat akan salah satu kebiasaan Agung kekasih-MU, Muhammad SAW. Ketika semasa hidupnya beliau selalu memberi makan – mengunyahkan terlebih dulu dimulut Beliau SAW agar halus – kemudian menyuapi salah seorang Nenek Buta Tua Yahudi dipasar yang selalu mencela Beliau SAW.


Terimakasih                                                                                                                     Ketulusan Dalam Kesederhanaan

Sumber :
Judul Buku : Karena Aku Begitu Cantik; Catatan Harian Seorang Muslimah --- Pengarang : Azimah Rahayu --- Penerbit : Sygma Publishing --- Cet I – Juli 2008 – 978-602-8223-47-8. Hlm 19 – 22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar