Selasa, 04 Juni 2013
Masyarakat 0%
MASYARAKAT
0%
Bismillah ...
Antara Pemimpin dengan Rakyat dapat kita ibaratkan
sepasang Suami (Pemimpin) – Istri (Rakyat). Sebagai “istri”, rakyat mestilah
“bangun” terlebih dahulu supaya dapat menyiapkan “sarapan” atau kebutuhan rumah
tangga lainnya kepada “suami”, syukur – syukur sudah “dandan” terlebih dahulu.
Cobalah kita bayangkan, bagaimana jadinya seorang “istri” yang terus – terusan
kesiangan ? tentu efek negatifnya pun cukup banyak dan besar, seperti sering
“jajannya” “suami” keluar rumah, parahnya lagi kalau sang “suami” mencari
simpanan kedua diluar.
Setidaknya kita sebagai “istri” sadar diri, untuk
pandai “memasak” + tidak banyak terlalu banyak menuntut “suami” + memberi
sandaran cinta pabila “suami” sedang memiliki kegalauan + rajin beres – beres
“rumah” + menyimpan “ke-elokan” ke “orang lain” tetapi tidak untuk sang “suami”
+ Inovatif dalam mengurangi beban sang “suami”. Cobalah kita bayangkan,
bagaimana jadinya bila seorang “istri” gak bisa dan mau belajar masak + bawel
minta ini – itu + beres – beres “rumah” setengah – setengah + kerjaannya minta,
dlsb, pastinya juga sang “suami” punya “selingkuhan” yang lebih perhatian
daripada kita sebagai “istri” sahnya.
Selama ini kita lupa dengan pesannya Bang Napi:
“Kejahatan tidak hanya timbul dari niat si pelaku, tetapi juga karna ada
kesempatan”, begitu juga dengan kita dan Pemimpin atau birokrat yang kurang
amanah. Mereka tidak amanah bukan hanya karna niat mereka, tetapi juga kita
yang memberikannya kesempatan. Coba seandainya kita menjadikan diri sebagai
masyarakat yang cerdas + soliditas problem solving ke-masyarakatannya kuat + menjadi pemerhati yang objektif
atas berbagai kinerja Pemimpin, tentunya
mereka – mereka yang diatas juga was – was kalau gak amanah karna masyarakatnya
udah Sipz seperti ini.
Terlebih, kita juga mestinya sadar, sebagus –
bagusnya Pemimpin, kalau rakyatnya Cuma bisa nuntut ya percuma. Bukankan
Pemimpin yang paling bagus itu ibarat Pelayan, terus bagaimana mau melayani
dengan maksimal kalau “majikannya” aja kerjanya tidur + minta disuapin + manja
+ bangunnya kesiangan + atau maunya cumu diturutin keinginan hidupnya saja,
bukan kebutuhan hidupnya.
Ingat ... masa depan bangsa ini tidak bisa kita
serahkan begitu saja kepada satu orang (Pemimpin) atau ke partai – partai
politik. Masa depan Bangsa ini hanya bisa menjadi lebih baik manakala semuanya
kompak, antara Partai – partai Politik, Pemimpin dan Rakyat sama – sama kerja +
saling membangun + saling memandang + Tulus berkontribusi.
Kita mungkin kecewa dengan model kepemimpinan dan
kepartaian dinegeri ini, tetapi kita sebagai masyarakat semestinya juga sadar,
bahwa “mereka” yang diatas + tidak atau kurang amanah kan sebenarnya berasal
atau lahir dari “rahim” masyarakat itu sendiri. Jadi kita sebagai masyarakat
juga perlu lagi nambah kesadaran, tentang bibit – bobot – bagusnya calon
Pemimpin – pemimpin besok, biar meminimalisir kedurhakaan kepada kita yang
telah “melahirkan” dan “mendidiknya” secara maksimal. Malah dari sini antara
calon Pemimpin dan Rakyat bisa diibaratkan “Ibu” (rakyat) dan “anak” ( calon Pemimpin),
kita juga kudu menjadi “Ibu” yang penuh cinta tatkala sedang mendidik “calon
anak”, memberi sayang dan hukuman secukupnya, jangan Cuma bisanya “belanja”
atau “make-up” + jangan juga membiasakan diri sebagai “ibu” yang sukanya Cuma
“nge-gosipin” isu – isu gak penting + kalau lagi “ngomel” sama “anak” saat dia
khilaf ya secukupnya ... namanya juga “anak”, jangan berlebihan ngomelnya,
nanti cepet “tua”. Sampai disini piye ? clear ? ^_^
Alhamdulillah ...
Terimakasih Masyarakat
0%
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar